Interaksi obat dapat mengubah cara kerja obat atau meningkatkan risiko efek samping yang serius. Selalu beri tahu obat dan produk herbal yang rutin diminum dengan dokter atau apoteker. Jangan memulai, menghentikan, atau mengubah dosis obat apa pun tanpa persetujuan dokter.
Beberapa produk yang dapat berinteraksi dengan mifepristone antara lain obat kortikosteroid jangka panjang (seperti prednison), obat lain yang dapat menyebabkan perdarahan/memar (termasuk obat antiplatelet seperti clopidogrel, OAINS seperti ibuprofen/naproxen, pengencer darah seperti sebagai warfarin/dabigatran).
Aspirin dapat meningkatkan risiko perdarahan bila digunakan dengan mifepristone. Namun, jika dokter telah mengarahkan Anda untuk mengonsumsi aspirin dosis rendah untuk serangan jantung atau pencegahan stroke (biasanya 81-162 mg sehari), terus minum kecuali diinstruksikan sebaliknya.
Obat lain dapat memengaruhi pengeluaran mifepristone dari tubuh, yang dapat memengaruhi cara kerja mifepristone. Antijamur azole (seperti itrakonazol), deksametason, antibiotik makrolida (seperti eritromisin), rifamycin (seperti rifabutin), St. John's wort, obat yang digunakan untuk mengobati kejang (seperti karbamazepin, fenitoin) adalah beberapa contohnya.
Mifepristone dapat memperlambat pengeluaran obat lain dari tubuh, yang dapat memengaruhi cara kerjanya. Contoh obat yang terpengaruh termasuk siklosporin, alkaloid ergot (seperti dihydroergotamine, ergotamine), fentanyl, pimozide, quinidine, beberapa obat statin (seperti fluvastatin, lovastatin, simvastatin), sirolimus, tacrolimus, dan warfarin.
Itulah informasi seputar mifepristone, pil pertama dari rejimen dua pil untuk mengakhiri kehamilan. Mifepristone tidak memiliki izin edar di Indonesia.
Menurut laman BPOM RI, Mifeprex, obat dengan zat aktif mifepristone, tidak terdaftar di BPOM, dengan indikasi penggunaannya untuk kontrol hipoglikemi karena hiperkortisol.