ilustrasi vaksin Sinovac (Dok. Sinovac)
Berdasarkan "Interim recommendations for use of the inactivated COVID-19 vaccine, CoronaVac, developed by Sinovac" yang dikeluarkan pada 24 Mei 2021 lalu oleh WHO, dikatakan bahwa data yang tersedia tentang Sinovac-CoronaVac pada ibu hamil tidak cukup untuk menilai kemanjuran vaksin atau risiko terkait vaksin dalam kehamilan. Namun, studi toksikologi perkembangan dan reproduksi (DART) pada hewan belum menunjukkan efek berbahaya dalam kehamilan.
Selain itu, vaksin ini merupakan vaksin inaktif dengan adjuvant yang secara rutin digunakan di banyak vaksin lain dengan dokumentasi profil keamanan yang baik, termasuk pada perempuan hamil.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan penggunaan vaksin nonaktif lainnya selama kehamilan, efektivitas Sinovac-CoronaVac pada ibu hamil diharapkan sebanding dengan pengamatan pada perempuan yang tidak hamil pada usia yang sama.
Studi harus dilakukan untuk mengevaluasi keamanan dan imunogenisitas pada ibu hamil.
Untuk sementara, WHO merekomendasikan penggunaan Sinovac-CoronaVac pada ibu hamil bila manfaat vaksinasi terhadap ibu hamil lebih besar daripada potensi risikonya. Untuk membantu ibu hamil membuat penilaian ini, mereka harus mendapat edukasi yang baik tentang risiko COVID-19 pada kehamilan, kemungkinan manfaat vaksinasi dalam konteks epidemiologi lokal, dan keterbatasan data keamanan saat ini pada ibu hamil.
WHO tidak merekomendasikan tes kehamilan sebelum vaksinasi. WHO juga tidak merekomendasikan menunda kehamilan atau mengakhiri kehamilan karena vaksinasi.
Untuk vaksin AstraZeneca, WHO juga mengatakan bahwa ibu hamil bisa menerima vaksinasi jika manfaatnya melebihi potensi risikonya. Untuk itu, ibu hamil yang berisiko tinggi terpapar SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19 (misalnya petugas kesehatan) atau yang memiliki penyakit penyerta yang menambah risiko penyakit parah akibat COVID-19, bisa divaksinasi dengan berkonsultasi dulu dengan dokter.