ilustrasi polusi (pexels.com/Alifia Harina)
Dimuat pada 1 Februari 2022, para peneliti GWU kemudian melakukan pemantauan bagaimana salah satu polutan udara (PM2,5) memengaruhi risiko kematian di seluruh dunia. Antara 2000–2019, pemantauan ini dilakukan di 13.160 kota di seluruh dunia.
Para peneliti menemukan bahwa sekitar 2,5 miliar penduduk dunia (86 persen) di perkotaan hidup di daerah kota dengan kadar polusi udara di atas (10 mikrogram/meter kubik) atau melewati batas Badan Kesehatan Dunia (WHO) edisi 2005. Hal ini mengakibatkan 1,8 juta kematian pada 2019.
WHO memperingatkan bahwa paparan polusi udara dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi hingga kematian dini. Dari infeksi pernapasan, penyakit jantung, stroke, hingga kanker paru-paru, semuanya bisa terjadi jika masalah polusi udara tidak segera ditangani.
Menurut Dr. Susan, sejatinya, 1,8 juta kematian tersebut bisa dicegah. Temuan ini mendukung penerapan strategi untuk mengurangi emisi dan kerentanan terhadap PM2,5.
"Meningkatkan akses ke transportasi yang lebih ramah lingkungan, seperti bertenaga listrik atau dengan bersepeda dan berjalan kaki, tidak hanya menekan kadar NO2, tetapi juga mengurangi risiko asma, meningkatkan kebugaran tubuh, dan menekan emisi gas rumah kaca," kata Dr. Susan.