Post-Exposure Prophylaxis, Pertolongan Pertama saat Terpapar HIV

Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh. Ia dapat ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, atau cairan yang keluar dari vagina atau rektum.
Mereka yang mencurigai dirinya terpapar HIV harus segera melakukan pengobatan yang disebut dengan post-exposure prophylaxis (PEP). Ini ditujukan untuk mencegah perkembangan virus tersebut dalam tubuh.
PEP umumnya direkomendasikan sebagai pertolongan pertama ketika seseorang diduga terpapar HIV. Misalnya, pekerja medis yang tak sengaja tertusuk jarum suntik di rumah sakit, penggunaan narkoba suntikan, mengalami kekerasan atau pelecehan seksual, atau ketika berhubungan seks yang berisiko tinggi menularkan HIV.
Apa sebenarnya definisi PEP dan apakah ini efektif mencegah penularan HIV? Simak ulasan di bawah ini untuk mendapatkan informasi selengkapnya.
1. Definisi post-exposure prophylaxis
Post-exposure prophylaxis, atau profilaksis pascapajanan merupakan pengobatan darurat jangka pendek yang digunakan untuk mencegah atau menurunkan risiko terkena infeksi. Ini dapat digunakan untuk mencegah beberapa jenis infeksi, tetapi umumnya, PEP hanya digunakan untuk mencegah infeksi yang dianggap sangat berbahaya, misalnya HIV, seperti yang diterangkan oleh Verywell Health.
PEP harus diberikan segera setelah seseorang berisiko tinggi atau terpapar HIV. Pengobatan ini juga hanya diberikan pada orang yang berstatus HIV negatif yang baru saja terpajan virus secara tidak sengaja. PEP bekerja dengan mencegah virus menguasai sistem kekebalan tubuh, sehingga semakin cepat pemberian PEP, semakin kecil risiko tertular infeksi.
Namun, jika kamu sering atau secara teratur mendapatkan paparan HIV, misalnya memiliki banyak pasangan seks atau pasangan terinfeksi HIV, pemberian PEP tidak berlaku. Ini membutuhkan perawatan yang berbeda yang disebut dengan profilaksis prapajanan (pre-exposure prophylaxis).