ilustrasi daun kratom dalam bentuk bubuk dan kapsul (stockvault.net/Kratom Lords)
Penggunaan di Malaysia dan Thailand
Penggunaan kratom pertama kali didokumentasikan pada 1836. Disebutkan bahwa daun kratom digunakan di Malaysia sebagai pengganti opium.
Pada awal tahun 1900, dilaporkan dalam literatur ilmiah bahwa daun kratom bisa meringankan gejala putus obat golongan opiat.
Secara tradisional, kratom digunakan untuk mengatasi malaria, batuk, hipertensi, diare, stres, menurunkan demam, dan meredakan nyeri.
Budaya tradisional Thailand menggunakan daun kratom sebagai jamuan teh saat menerima tamu, serta bagian dari ritual pemujaan leluhur dan dewa.
Pohon kratom tumbuh alami di wilayah Malaysia, Thailand, dan Indonesia, sehingga penggunaannya secara tradisional telah menjadi bagian dari tatanan sosial wilayah-wilayah tersebut selama ratusan tahun.
Di Malaysia dan Thailand, daun kratom telah lama digunakan oleh para pekerja kasar, petani, dan buruh sebagai stimulan untuk meningkatkan efisiensi kerja, daya tahan, dan toleransi terhadap kondisi iklim yang panas dan lembap.
Dalam pengobatan tradisional, daun kratom digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, relaksasi, mengatasi diare, menurunkan panas, dan mengurangi kadar gula darah.
Pengguna di Thailand menyebut, selain memberi efek stimulan, konsumsi kratom menghasilkan perasaan yang menyenangkan.
Di Thailand, pengguna umumnya lebih suka mengunyah daun kratom segar. Beberapa orang meremas daun kratom kering hingga menjadi remahan kemudian dikunyah dan ditelan dengan air.
Pengguna biasanya mengunyah kratom 3–10 kali sehari. Pengguna kronis mampu mengunyah hingga 30 lembar daun atau lebih dalam sehari. Efek stimulan dari mengunyah ini mulai terasa antara 5–10 menit kemudian.
Kratom juga biasa digunakan dalam bentuk daun segar atau kering, lalu direbus dan diminum saat masih panas maupun dingin. Jus lemon, gula, dan madu umum ditambahkan untuk mengurangi rasa pahit dari teh kratom.
Cara penggunaan lainnya adalah dengan merebus daun kering sampai kental seperti sirop, lalu dicampur dengan daun palem halus hingga menjadi bentuk pil. Pil ini dapat ditelan atau diisap. Beberapa pengguna di Malaysia meletakkan pil tersebut ke dalam pipa bambu panjang kemudian digunakan sebagai rokok (madatin).
Beberapa sumber di Malaysia melaporkan penggunaan dalam bentuk lintingan daun kering kemudian dibakar dan diisap (merokok) untuk mendapat efek relaksasi.
Penggunaan di Indonesia
Berdasarkan Data Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja, 2015) kratom digunakan oleh beberapa etnis di Indonesia.
- Pada etnis Bentian (Kalimantan Timur), kratom (dikenal dengan nama bengkal) digunakan sebagai penghalus kulit.
- Pada etnis Segai dan Berau dikenal, kratom (dikenal sebagai attiap) merupakan salah satu komponen dalam ramuan perawatan nifas, capek, dan pegal linu.
- Menurut masyarakat di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, diperoleh informasi bahwa pohon kratom menghasilkan kayu yang bagus digunakan sebagai bahan baku mebel.
- Di Kecamatan Embaloh Hilir dan Putussibau Utara, daun kratom digunakan untuk menambah stamina, mengatasi nyeri, rematik, asam urat, hipertensi, gejala stroke, diabetes, susah tidur, luka, diare, batuk, kolesterol, tipes, dan menambah nafsu makan.
Ramuan disiapkan dengan cara merebus daun segar maupun serbuk, lalu diminum. Beberapa responden menambahkan madu dan/atau air jeruk.
Penggunaan topikal dengan cara meremas daun segar kemudian ditempelkan pada luka, atau serbuk halus ditaburkan pada luka.
Penggunaan di Barat
Kratom dijual melalui internet, toko herbal, dan toko tembakau/rokok sebagai obat/suplemen herbal untuk mengobati penyakit seperti nyeri, gangguan mental, dan menghentikan kecanduan opioid.
Kratom sering dipromosikan sebagai “herbal speedball” legal dan alami, serta alternatif opioid tradisional.
Konsumsi kratom di AS umumnya dalam bentuk cairan oral; beberapa menggunakan serbuk yang ditambahkan ke makanan atau minuman; dan saat ini konsumsi serbuk dalam bentuk sediaan kapsul makin populer.
Penggunaannya dengan cara diseduh seperti membuat teh atau kopi (seluruh daun atau bubuk direndam dalam air mendidih ataupun diekstraksi dingin). Beberapa menggunakan asam untuk meningkatkan kelarutan, atau menambahkan gula, madu, atau pemanis lainnya.
Di AS, ada survei anonim pada Oktober 2016 terhadap 10.000 pengguna kratom melalui media sosial dan laman American Kratom Association. Sebanyak 8.049 dari 10.000 orang menyelesaikan survei, berusia 31–50 tahun, dengan penghasilan $35.000 atau lebih per tahun.
Sejumlah 68 persen menggunakan kratom secara mandiri untuk mengobati nyeri; 66 persen melaporkan untuk memperbaiki kondisi emosi atau mental; 25 persen menggunakannya untuk mengobati gejala putus obat terkait opioid.
Sebanyak 20 persen pengguna melaporkan efek negatif terkait gangguan gastrointestinal, terutama mual dan sembelit.