ilustrasi psikosis (pexels.com/cottonbro)
Kerap dikira sama, nyatanya psikosis beda dengan skizofrenia. Dilansir Healthy Place, psikosis mengacu pada gejala yang meliputi delusi dan halusinasi serta bisa menjadi bagian dari banyak hal.
Sementara itu, skizofrenia adalah penyakit kejiwaan yang mencakup gejala psikosis. Namun, tak cuma psikosis, seseorang dengan skizofrenia juga harus menunjukkan gejala lain seperti: berkurangnya ekspresi emosi; kehilangan motivasi, ucapan, dan/atau rasa senang; serta enggan bersosialiasi.
Perlu diketahui bahwa tidak semua yang memiliki gejala psikosis mengalami skizofrenia. Sebab, terdapat gangguan mental lain yang juga melibatkan psikosis, seperti gangguan psikotik, gangguan mood, dan gangguan penggunaan zat.
Untuk diagnosis yang akurat, psikolog atau psikiater akan melakukan pemeriksaan mencakup gejala yang dialami, riwayat kesehatan dan kriteria lainnya. Mereka akan mencari tahu apa yang menyebabkan gejala. Diagnosis akan ditegakkan setelah ahli kesehatan jiwa mengesampingkan hal-hal yang dapat menyebabkan gejala psikotik.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita psikosis di Indonesia adalah sebesar 1,8 per 1.000 penduduk. Kenyataannya mungkin lebih dari itu karena tidak terdiagnosis.