Di antara ketiga jalur penularan yang disebutkan di atas, mana yang paling berpotensi terjadi di pesawat?
Mengutip laporan ABC, penularan pertama yang memungkinkan adalah melalui sentuhan terhadap droplet. Kasus ini dilaporkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada Maret 2020 lalu.
Di dalam penerbangan dari Italia ke Korea Selatan, terdapat satu orang yang tertular COVID-19. Diduga penularan terjadi setelah orang tersebut menggunakan toilet yang terkontaminasi droplet pasien positif.
Berikutnya, terdapat perdebatan mengenai potensi transmisi airborne di pesawat. Studi yang sama dari CDC di atas mengatakan bahwa risiko tersebut kecil karena pergerakan udara di dalam pesawat diatur dan terus disaring.
Namun, seperti tertulis ABC, direktur International Laboratory for Air Quality and Health at Queensland University of Technology, Lidia Morawska mengatakan bahwa arah gerak udaralah yang menjadi masalahnya.
"Udara, karena pesawat adalah ruangan kecil, tidak tercampur, akan bergerak dalam satu arah. Maka dari itu, ketika udara melewati orang yang terinfeksi kemudian melewati orang lain sebelum disaring, yang bersangkutan dapat menghirupnya dalam jangka waktu lama selama penerbangan," terang profesor tersebut.
Belum lagi, posisi duduk setiap orang di pesawat berdekatan. Kondisi tersebut akan menempatkan setiap orang dalam jangkauan napas orang lain. Penularan lewat droplet pun sangat mungkin untuk terjadi.