ilustrasi endometriosis (healthdirect.gov.au)
Tidak sepenuhnya jelas mengapa endometriosis dapat meningkatkan risiko stroke, dan Farland mencatat bahwa penelitian tersebut tidak mengeksplorasi alasan hubungannya—hanya menemukan tautan. Studi berjudul "Laparoscopically Confirmed Endometriosis and Risk of Incident Stroke: A Prospective Cohort Study" ini juga tidak dapat mengurai risiko terkena berbagai jenis stroke, seperti stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Namun, para peneliti punya beberapa teori.
"Itu mungkin merupakan kombinasi peradangan, peningkatan risiko faktor risiko penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi dan kolesterol tinggi, dan kemungkinan usia menopause yang lebih dini, yang disebabkan oleh operasi ginekologi," kata Farland mengutip Health.
Karena sebagian besar stroke di antara perempuan dengan endometriosis terjadi pada mereka yang menjalani prosedur operasi atau terapi hormon, kemungkinan besar itu adalah faktor, tetapi ini juga tidak jelas mengapa. Para peneliti berteori bahwa meskipun perawatan dimaksudkan untuk mengurangi gejala dan peradangan, tetapi prosedur dan perawatan itu sendiri juga dapat meningkatkan risiko stroke.
"Ada keadaan ketika histerektomi dan/atau ooforektomi adalah pilihan terbaik, tetapi kami juga perlu memastikan bahwa pasien menyadari potensi risiko kesehatan yang terkait dengan prosedur ini," kata penulis studi senior Stacey Missmer, ScD, seorang profesor kebidanan, ginekologi, dan biologi reproduksi dari Michigan State University College of Human Medicine, AS, dalam sebuah rilis.
Ia juga mengatakan bahwa penelitian lain juga menunjukkan bahwa histerektomi dikaitkan dengan peningkatkan risiko stroke bahkan jika tidak ada riwayat endometriosis.
Meskipun penelitian sebelumnya yang menghubungkan histerektomi dan/atau ooforektomi tidak melihat penyebabnya, tetapi para ahli percaya bahwa menopause, yang dipicu oleh prosedur, yang dapat berdampak pada risiko stroke.
Data terbatas pada apakah histerektomi saja berdampak pada kesehatan jantung. Namun data yang ada, yang dipublikasikan dalam jurnal Menopause tahun 2010, menunjukkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke terkait ooforektomi yang mengakibatkan menopause yang disebabkan oleh operasi (surgical menopause).
Perbedaan antara histerektomi saja dan histerektomi dan/atau ooforektomi adalah hal yang penting. Histerektomi saja seharusnya tidak berpengaruh pada produksi hormon; tetapi histerektomi dengan ooforektomi, atau ooforektomi saja, akan memengaruhi kadar hormon, karena ovarium adalah sumber utama produksi estrogen dalam tubuh.
Histerektomi bila dikombinasikan dengan ooforektomi bilateral dapat meningkatkan risiko stroke, terutama pada pasien yang lebih muda yang operasinya akan mengakibatkan menopause dini, mengutip Health. Namun, histerektomi itu sendiri tanpa pengangkatan ovarium tidak memiliki peningkatan risiko yang sama—dan itu karena histerektomi seharusnya tidak memengaruhi status hormonal perempuan, karena itu sepenuhnya bergantung pada fungsi ovarium.
Terapi hormon pascamenopause—atau terapi penggantian hormon—juga dapat memengaruhi kadar hormon. Ada peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan stroke pada perempuan yang menjalani terapi penggantian hormon, khususnya kombinasi kombinasi estrogen-progesteron. Namun, secara keseluruhan para ahli tidak memahami risiko ini dengan hasil kesehatan jangka panjang. Penelitian lebih banyak diperlukan.