Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi vaksin (freepik.com/freepik)
ilustrasi vaksin (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Rusia melaporkan vaksin kanker Enteromix sukses 100 persen dalam uji praklinis.

  • Vaksin Enteromix diklaim mampu menurunkan ukuran tumor dan memperlambat perkembangannya, serta meningkatkan angka harapan hidup pasien.

  • Beberapa ahli meragukan klaim vaksin ini, mempertanyakan kualitas data dan tahap pengembangan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rusia melaporkan vaksin kankernya yang bernama Enteromix telah berhasil menyelesaikan tahap uji praklinis. Hasilnya menjanjikan, vaksin ini diklaim menunjukkan tingkat keamanan yang baik sekaligus efektivitas yang tinggi.

Pengumuman ini disampaikan oleh Veronika Skvortsova, Kepala Federal Medical-Biological Agency (FMBA) Rusia, dalam forum ekonomi Eastern Economic Forum (EEF) yang digelar di Vladivostok.

“Penelitian ini berlangsung selama beberapa tahun, dengan tiga tahun terakhir difokuskan pada studi praklinis wajib,” ujar Skvortsova seperti dikutip kantor berita Rusia, TASS. Ia menambahkan, vaksin tersebut kini siap digunakan dan tengah menunggu persetujuan resmi.

Skvortsova juga menekankan bahwa hasil uji praklinis menunjukkan keamanan Enteromix tetap terjaga, bahkan setelah pemberian berulang, sekaligus membuktikan tingkat efektivitas yang signifikan.

Vaksin Enteromix diklaim mampu menurunkan ukuran tumor sekaligus memperlambat perkembangannya

Para peneliti melaporkan temuan bahwa vaksin Enteromix mampu menurunkan ukuran tumor sekaligus memperlambat perkembangannya, dengan tingkat efektivitas berkisar antara 60 hingga 80 persen, tergantung pada karakteristik penyakit. Pengujian juga menunjukkan adanya peningkatan angka harapan hidup yang dikaitkan langsung dengan penggunaan vaksin ini.

Beberapa laporan media bahkan menyebutkan bahwa vaksin tersebut mencapai efikasi 100 persen dalam uji praklinis.

Menurut laporan TASS, sasaran awal vaksin ini adalah kanker kolorektal. Tak heran, kanker kolorektal merupakan kanker ketiga yang paling umum di dunia, mencakup sekitar 10 persen dari seluruh kasus kanker dan merupakan penyebab kematian terkait kanker kedua di seluruh dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Tak berhenti di situ, FMBA juga menyebut adanya kemajuan menjanjikan dalam pengembangan vaksin untuk kanker otak agresif jenis glioblastoma, serta beberapa tipe melanoma tertentu, termasuk melanoma okular. Vaksin-vaksin tersebut kini dikatakan sudah berada pada tahap pengembangan lebih lanjut.

Dikembangkan menggunakan teknologi serupa dengan vaksin COVID-19, Enteromix bekerja dengan melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan mengeliminasi sel kanker tanpa efek samping yang serius.

Perawatan jenis ini akan disesuaikan untuk setiap pasien, tergantung dengan RNA dari setiap individu. Berbeda dengan kemoterapi dan radiasi, pasien dilaporkan toleran terhadap vaksin ini dengan baik, tanpa efek samping serius yang tercatat selama studi.

Dikatakan bahwa cara kerja vaksin adalah melatih sistem kekebalan tubuh untuk mendeteksi dan menghancurkan sel kanker. Enteromix juga memanfaatkan empat virus yang tidak berbahaya untuk menyerang tumor sambil meningkatkan respons imun.

Sebelumnya, Rusia dilaporkan telah meluncurkan uji klinis Enteromix dengan 48 sukarelawan, diumumkan selama Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF 2025) yang digelar pada 18–21 Juni.

Jika persetujuan regulasi diberikan oleh Kementerian Kesehatan Rusia, Enteromix berpotensi menjadi vaksin kanker mRNA yang dipersonalisasi pertama di dunia yang tersedia untuk penggunaan publik.

Cara kerja Enteromix

ilustrasi vaksin (pexels.com/cottonbro studio)

Beberapa ahli mempertanyakan potensi vaksin kanker ini. Salah satunya adalah Dr. David James Pinato, seorang clinician scientist sekaligus konsultan onkologi medis di Imperial College London, mengenai pandangannya terhadap potensi vaksin kanker baru asal Rusia.

“Yang menjadi perhatian saya terkait kualitas data yang dirilis adalah, dari sudut pandang ilmiah, saya tidak benar-benar bisa memahami pada tahap pengembangan mana sebenarnya vaksin kanker Rusia ini berada,” ujarnya kepada Newsweek.

Beberapa laporan media menyinggung adanya uji klinis fase 1 dari vaksin tersebut. “Uji fase 1 dilakukan untuk pertama kalinya pada manusia, dan tujuannya hanya untuk melihat apakah obat itu aman, bukan untuk menilai efektivitasnya,” jelasnya.

Terkait klaim bahwa vaksin sudah siap digunakan, Pinato menambahkan bahwa apakah vaksin ini berada pada tahap akhir uji praklinis atau baru pada tahap awal uji klinis, klaim seperti ini terasa terlalu besar untuk langsung disebut sebagai sebuah game changer. Menurutnya, jika uji pada hewan memang telah selesai, maka otorisasi pertama yang mungkin dilakukan adalah menggunakan vaksin tersebut dalam konteks uji klinis di lingkungan penelitian, bukan langsung untuk penggunaan klinis luas.

Pinato juga menekankan bahwa pengamatannya didasarkan pada informasi yang sangat terbatas.

“Saya tidak menemukan cukup bukti tentang berapa lama pengobatan ini sudah diuji, di mana hasilnya dipublikasikan, apakah sudah melalui tinjauan sejawat (peer review), dan apakah kita benar-benar yakin teknologi ini akan diterapkan pada manusia.”

Ia menambahkan, meskipun sistem regulasi Rusia bisa berbeda dengan wilayah lain, ia merasa informasi yang ada belum cukup, sementara klaim yang disampaikan terbilang sangat besar.

Referensi

"Russia’s Enteromix cancer vaccine shows 100% success in preclinical trials". CNBC. Diakses September 2025.

"Russia’s Enteromix cancer vaccine shows 100% success in preclinical trials". Medical Dialogues. Diakses September 2025.

"Russia Cancer Vaccine: What To Know About Enteromix Claims." Newsweek. Diakses September 2025.

"Colorectal cancer." World Health Organization. Diakses September 2025.

Editorial Team