ilustrasi polusi udara (needpix.com)
Saat ini, polusi udara jadi salah satu penyebab gangguan kesehatan global utama, selain pola makan yang buruk dan rokok. AQG WHO yang diperbarui merekomendasikan tingkat kualitas udara untuk 6 polutan yang paling berdampak pada kesehatan.
Pada tahun 2013, International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan polutan-polutan ini sebagai karsinogenik atau penyebab kanker. Polutan-polutan tersebut adalah:
- Partikulat (PM₁₀ dan PM₂.₅)
- Ozon (O₃)
- Nitrogen dioksida (NO₂)
- Sulfur dioksida (SO₂)
- Karbon monoksida (CO)
- Karbon dioksida (CO₂)
PM₁₀ dan PM₂.₅ terbukti mampu menembus jauh ke paru-paru dan aliran darah sehingga memengaruhi organ lain. Polutan ini dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, dari transportasi hingga rumah tangga dan pertanian.
AQG juga menyoroti praktik pengelolaan jenis partikel tertentu (karbon hitam atau karbon unsur, partikel ultra-halus, serta partikel yang berasal dari badai pasir dan debu) yang benar. Praktik-praktik ini dapat diterapkan di dalam dan luar ruangan.
Perbandingan perubahan standar kualitas udara AQG 2005 dan 2021. (who.int)
Lalu, apakah yang berubah pada AQG edisi 2021 kali ini? Dibanding AQG 2005, AQG tahun 2021 lebih menekankan perubahan pada tingkat paparan PM₁₀ dan PM₂.₅ harian (jangka pendek) dan tahunan (jangka panjang).
WHO memprakirakan bahwa hampir 80 persen kematian akibat paparan PM₂.₅ bisa dicegah jika tingkat polutan di udara dikurangi sesuai dengan AQG 2021. Sasaran dari AQG saat ini adalah mengurangi beban penyakit di negara-negara dengan konsentrasi PM₂.₅ tinggi dan populasi besar.
Bergandengan dengan perubahan iklim, polusi udara jadi salah satu ancaman kesehatan dari lingkungan yang paling berdampak pada kesehatan manusia. Oleh karena itu, memperbaiki kualitas udara dengan mengurangi emisi dapat meningkatkan usaha mitigasi perubahan iklim dan membuat manusia lebih sehat.