ilustrasi sindrom antifosfolipid (pharmaceutical-journal.com)
Sindrom antifosfolipid terjadi saat sistem imunitas tubuh secara keliru menghasilkan antibodi yang membuat darah menjadi lebih mudah membeku. Antibodi seharusnya melindungi tubuh terhadap penyerang, seperti virus dan bakteri.
Sindrom antifosfolipid bisa disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya, seperti gangguan autoimun, infeksi, atau obat-obatan tertentu. Namun, seseorang juga dapat mengembangkan sindrom antifosfolipid tanpa penyebab yang mendasarinya.
Selain itu, ada beberapa faktor risiko membuat seseorang lebih mungkin mengembangkan sindrom antifosfolipid, yang meliputi:
- Jenis kelamin: sindrom antifosfolipid jauh lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
- Gangguan sistem kekebalan tubuh: memiliki masalah autoimun, seperti lupus atau sindrom Sjogren, meningkatkan risiko mengembangkan sindrom antifosfolipid.
- Infeksi: sindrom antifosfolipid lebih sering terjadi pada individu yang memiliki infeksi tertentu, seperti sifilis, HIV/AIDS, hepatitis C, atau penyakit Lyme.
- Obat-obatan: obat-obatan seperti hydralazine, quinidine, fenitoin, dan amoksisilin tertentu telah dikaitkan dengan sindrom antifosfolipid.
- Riwayat keluarga: kondisi ini terkadang diturunkan dalam keluarga.