Sindrom Felty: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Sindrom Felty adalah kelainan langka yang bikin penderitanya mengalami komplikasi artritis reumatoid, splenomegali (pembesaran limpa), dan neutropenia (penurunan jumlah sel darah putih). Diyakini bahwa sindrom Felty adalah gangguan autoimun, yang mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh itu sendiri.
Perempuan diketahui memiliki risiko tiga kali lebih besar mengalami gangguan ini ketimbang laki-laki. Umumnya, penyakit ini menyerang kelompok usia 50 hingga 70 tahun. Menarik untuk diketahui, berikut ini fakta seputar sindrom Felty, mulai dari pengertian, penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatannya.
1. Gejala
Gejala sindrom Felty mirip artritis reumatoid, yaitu menimbulkan nyeri sendi, sendi kaku dan bengkak, terutama pada tangan, kaki, dan lengan. Namun, keberadaan gejala splenomegali dan neutropenia juga merupakan kondisi khusus yang mendasari sindrom ini.
Gejala splenomegali menyebabkan pengidapnya mengalami pembesaran dan pembengkakan limpa. Limpa merupakan organ tubuh manusia yang terletak tepat di belakang tulang rusuk kiri. Organ seukuran kepalan tangan ini berfungsi untuk mengontrol sel darah putih dan membantu sistem kekebalan tubuh melawan infeksi.
Kerusakan limpa biasanya menyebabkan gejala nyeri tumpul pada perut sisi kiri atau punggung, serta gangguan makan. Penderitanya akan merasa cepat kenyang saat mulai makan, karena pembesaran limpa tersebut menekan perut. Namun, beberapa penderita lainnya mungkin tidak mengalami gejala yang mengganggu.
Sementara itu, gejala neutropenia atau penurunan jumlah sel darah putih menyebabkan penderitanya rentan mengalami infeksi tertentu.
Gejala tambahan yang mungkin juga dialami oleh orang dengan sindrom Felty meliputi demam, anemia, mata terbakar dan kotoran mata, penurunan berat badan, kelelahan, luka atau pigmentasi cokelat abnormal pada tungkai kaki, penurunan trombosit darah, dan/atau pembengkakan pembuluh darah (vaskulitis).