Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi obat-yang menyebabkan senyawa serotonin menumpuk dalam tubuh. (pexels.com/Micelle Leman)

Dalam hidup, rasanya semua orang inginnya merasa bahagia, bukan? Ada banyak faktor yang bisa memunculkan kebahagiaan selain peristiwa menyenangkan, salah satunya berasal dari dalam tubuh, yakni hormon serotonin

Serotonin dikenal sebagai salah satu hormon kebahagiaan karena dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap suasana hati. Meskipun begitu, bukan berarti makin banyak serotonin dalam tubuh lantas akan membuat kita jadi lebih bahagia.

Kadar serotonin yang terlalu tinggi dalam tubuh, atau istilah medisnya adalah sindrom serotonin atau serotonin syndrome, malah bisa membahayakan tubuh. Seperti apa kondisi ini serta apa saja penyebab serta gejalanya? Simak ulasan berikut ini, ya!

1. Serotonin merupakan senyawa yang dapat memengaruhi suasana hati

Serotonin salah satu hormon pemicu bahagia. pexels.com/Just Name

Serotonin adalah senyawa kimia dalam tubuh yang bertindak sebagai neurotransmiter dan hormon. Sebagai neurotransmiter, serotonin berfungsi untuk mengirimkan sinyal antar sel-sel saraf. Di dalam tubuh, senyawa ini terdapat di usus, trombosit darah, dan sistem saraf pusat.

Serotonin memengaruhi setiap bagian tubuh, mulai dari emosi hingga keterampilan motorik. Hormon ini dianggap sebagai penstabil mood atau suasana hati alami, karena berpengaruh dalam membantu mengurangi depresi, mengatur kecemasan, dan kebahagiaan. Oleh sebab itulah, serotonin sering disebut-sebut sebagai salah satu hormon bahagia.

Di samping itu, serotonin juga memiliki fungsi lainnya bagi tubuh seperti:

  • Mengendalikan nafsu makan
  • Membantu fungsi dan pergerakan usus
  • Mengontrol siklus tidur dan terjaga.
  • Berperan dalam proses pembekuan darah untuk menyembuhkan luka
  • Berperan dalam kesehatan tulang
  • Menstimulasi respons mual ketika mengonsumsi makanan yang berbahaya bagi tubuh

Walaupun dijuluki sebagai hormon bahagia dan memiliki banyak manfaat, jumlah serotonin yang terlalu banyak juga tidak baik bagi kesehatan. Kondisi kadar serotonin yang berlebihan dalam tubuh ini disebut dengan sindrom serotonin.

2. Apa bahayanya?

Kelebihan serotonin dapat membahayakan tubuh. pexels.com/Andrea Piacquadio

Dilansir Mayo Clinic, sindrom ini terjadi saat seseorang mengonsumsi obat-obatan yang menyebabkan senyawa serotonin menumpuk dalam tubuh.

Kondisi tersebut menimbulkan berbagai gejala, mulai dari ringan hingga berat. Gejala-gejala yang ditimbulkan dapat memengaruhi otak, otot, dan bagian tubuh lainnya. Terlebih lagi, sindrom serotonin yang parah bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

3. Gejala yang perlu diwaspadai

Kebingungan menjadi salah satu gejala sindrom serotonin. (pexels.com/Andrew Neel)

Mengutip Healthline, penderita mungkin mengalami gejala dalam beberapa menit atau beberapa jam setelah mengonsumsi obat baru atau meningkatkan dosis obat. Nah, gejala-gejala sindrom serotonin ini meliputi:

  • Kebingungan
  • Disorientasi
  • Cemas
  • Mudah marah
  • Kejang otot dan kaku
  • Tremor
  • Tubuh gemetar
  • Diare
  • Detak jantung cepat
  • Tekanan darah tinggi
  • Mual
  • Halusinasi
  • Hiperefleksia (refleks yang terlalu aktif)
  • Dilatasi pupil (pelebaran pupil)

Pada kasus yang lebih parah, gejala yang bisa muncul yaitu :

  • Penderita tidak responsif
  • Kejang
  • Koma
  • Detak jantung tidak teratur

4. Terjadi akibat mengonsumsi obat-obatan tertentu

Sindrom serotonin terjadi akibat konsumsi obat tertentu. (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Sindrom serotonin diketahui terjadi karena penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan kadar hormon serotonin.

Mengonsumsi satu jenis obat yang meningkatkan serotonin mungkin saja bisa menyebabkan sindrom ini. Namun, biasanya kondisi ini terjadi ketika seseorang menggabungkan obat-obatan tertentu.

Berdasarkan laporan dalam The Ochsner Journal  tahun 2013, interaksi obat yang dilaporkan telah menyebabkan sindrom serotonin mencakup banyak kombinasi obat serotonergik yang berbeda.

Contohnya kombinasi antara antidepresan SSRI dan MAOI. Kombinasi dua obat serotonergik apa pun mungkin dapat memicu sindrom ini, sehingga harus digunakan secara hati-hati dan sesuai anjuran dokter.

Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja. Faktor yang meningkatkan risiko sindrom serotonin yaitu jika seseorang:

  • Baru mulai mengonsumsi atau menaikkan dosis obat yang diketahui meningkatkan kadar serotonin.
  • Mengonsumsi lebih dari satu obat, suplemen herbal, atau obat-obatan terlarang yang dapat menaikkan kadar serotonin.

5. Obat-obatan yang bisa memicu sindrom serotonin

Apa saja jenis obat-obatan yang bisa memicu sindrom serotonin? (pexels.com/Pixabay)

Beberapa obat-obatan yang terkait dengan sindrom serotonin meliputi:

  • Obat antidepresan: selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), antidepresan trisiklik, monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) serta obat antidepresan tertentu lainnya.
  • Obat migrain kategori triptan: almotriptan, naratriptan, sumatriptan.
  • Narkotika dan psikotropika: lysergic acid diethylamide (LSD), ekstasi, kokain, dan amfetamin.
  • Suplemen herbal: St. John's wort dan ginseng.
  • Obat batuk dan pilek: obat yang mengandung dextromethorphan.

6. Diagnosis dan pengobatan

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Tidak ada tes tunggal yang dapat mengonfirmasi diagnosis sindrom serotonin. Dokter akan mendiagnosis kondisi tersebut dengan mengesampingkan kemungkinan lain.

Dokter akan menanyakan gejala, riwayat kesehatan, dan obat apa pun yang sedang digunakan, serta melakukan pemeriksaan fisik.

Untuk memastikan gejala disebabkan oleh sindrom serotonin dan bukan karena penyebab lain, dokter mungkin akan melakukan beberapa tes ini:

  • Mengukur obat apa pun yang sedang digunakan pasien
  • Memeriksa tanda-tanda infeksi
  • Memeriksa fungsi tubuh yang mungkin terdampak oleh sindrom serotonin

Sejumlah kondisi dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan sindrom serotonin. Gejala ringan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, sedangkan gejala sedang dan berat yang mirip dengan sindrom serotonin dapat disebabkan oleh:

  • Reaksi serius terhadap obat-obatan tertentu, seperti beberapa anestesi, obat antipsikotik, dan agen lain yang diketahui menghasilkan reaksi parah ini.
  • Overdosis obat-obatan terlarang, obat antidepresan atau obat lain yang meningkatkan kadar serotonin.
  • Kerusakan yang terkait dengan penggunaan obat-obatan terlarang.
  • Gejala putus alkohol (alcohol withdrawal) yang parah.

Dokter mungkin memesan tes tambahan untuk menyingkirkan penyebab lain dari gejala yang dialami pasien, termasuk:

  • Tes urine dan darah
  • Sinar-X dada
  • CT scan
  • Pungsi lumbal

Pengobatan sindrom serotonin tergantung dari gejala. Jika gejalanya ringan, dokter mungkin menyarankan untuk berhenti mengonsumsi obat yang memicu sindrom ini. Namun, apabila gejala sudah parah, dokter akan memantau kondisi pasien lebih dalam. Penanganan yang dilakukan meliputi:

  • Penghentian konsumsi obat yang menyebabkan sindrom serotonin
  • Pemberian cairan intravena untuk mengatasi dehidrasi dan demam
  • Pemberian obat untuk meredakan otot kaku
  • Pemberian obat untuk menghambat serotonin

Bagi kamu sedang mengonsumsi obat-obatan, penting untuk selalu mengikuti petunjuk dokter mengenai dosis dan penggunaannya. Apabila merasakan gejala atau efek samping dari obat tersebut, jangan ragu untuk konsultasikan ke dokter agar segera mendapat penanganan yang tepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team