Studi cross-sectional ini dilakukan antara 29 September 2020 dan 22 Oktober 2020. Kelompok studi terdiri dari 1.809 mahasiswa perempuan dengan usia rata-rata 19,7 tahun, 906 di antaranya tinggal di daerah rural.
Sebanyak 852 peserta didiagnosis dengan dismenore primer (primary dysmenorrhea/PD), 25,9 persen di antaranya melaporkan dismenore primer parah. Dismenore primer ringan dan sedang dilaporkan masing-masing oleh 24,4 persen dan 49,6 persen. Insiden PD juga terkait dengan darah haid dan siklus menstruasi.
Sekitar 51 persen peserta studi dengan PD melaporkan asupan minuman ringan dibandingkan dengan 48,8 persen dari mereka yang tidak memiliki PD. Sebagai perbandingan, peserta studi PD dan non-PD mengonsumsi kopi masing-masing 44,8 persen dan 55 persen.
Kemungkinan PD 24 persen lebih tinggi di antara peminum minuman ringan. Faktanya, hubungan antara konsumsi minuman ringan dan tingkat keparahan PD bergantung pada dosis, dengan PD ringan dikaitkan dengan konsumsi minuman ringan mingguan atau lebih jarang. Sebaliknya, peningkatan tingkat keparahan nyeri dikaitkan dengan frekuensi konsumsi yang lebih tinggi.
Di antara peserta rural dengan PD, kemungkinan mengonsumsi minuman ringan 40 persen lebih tinggi daripada mereka yang mengonsumsi minuman lain. Secara keseluruhan, asupan minuman ringan berkarbonasi dikaitkan dengan PD yang lebih parah.
PD sedang hingga berat 55 persen lebih kecil kemungkinannya di antara mereka yang minum kopi; namun, hubungan ini tidak bergantung pada dosis. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi mekanisme potensial yang terlibat dalam hubungan antara asupan kopi dan PD.