Peneliti menambahkan bahwa penurunan fungsi otak yang dialami pasien bukanlah kondisi jangka panjang. Menurut analisis peneliti, kondisi itu kemungkinan besar hanya berlangsung sementara.
"Sementara peneliti memahami lebih baik tentang dampak jangka panjang COVID-19, penting untuk menginvestigasi sejauh mana kemampuan kognitif terdampak setelah terjadinya infeksi, dan apakah ada kerusakan permanen pada fungsi otak di beberapa orang," kata Derek Hill, profesor dari University College London menanggapi studi tersebut.
Sebelumnya, diketahui bahwa COVID-19 menimbulkan gejala jangka panjang yang disebut sebagai long COVID. Kondisi tersebut meliputi rasa lelah, sesak napas, nyeri otot, masalah kognitif, batuk, ruam, dan hilangnya kemampuan indra perasa dan penciuman.
Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3M: gunakan Masker, Menghindari kerumunan atau jaga jarak fisik, dan rajin Mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.