Ilustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)
Bagi dokter dan ilmuwan lain yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, sebenarnya temuan peneliti Inggris tidaklah mengejutkan. Malah, temuan tersebut adalah konfirmasi bahwa varian Delta jauh lebih mungkin menyebabkan komplikasi serius hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Dosen University of Exeter, Dr. David Strain, mengatakan bahwa dibandingkan varian Alpha, varian Delta dapat menyebabkan gejala yang lebih parah. Oleh karena itu, temuan tersebut tidaklah mengejutkan baginya.
"Penelitian ini menyoroti perlunya program vaksin komprehensif pada populasi dewasa muda. Tidak mengherankan karena hal-hal yang membuat varian Delta lebih menular juga berperan dalam meningkatkan keparahan varian tersebut," kata Davin mengutip Science Media Centre.
Ilustrasi vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)
Setuju dengan pernyataan David, pakar imunologi viral dari University of Birmingham, Dr. Zania Stamataki, mengingatkan pentingnya vaksinasi untuk mengurangi keparahan varian Delta. Dibandingkan dengan varian Alpha yang sebelumnya dominan, varian Delta meningkatkan risiko rawat inap.
Bahkan, Zania mengatakan bahwa yang sudah divaksinasi pun harus tetap waspada karena tidak luput dari risiko infeksi varian Delta yang 50 persen lebih menular dibandingkan varian Alpha. Karena risiko pada populasi yang tidak divaksin lebih besar, alangkah lebih baik jika segera mendapatkan vaksinasi.
"Kita sedang berhadapan dengan varian yang sangat berbahaya. Oleh karena itu, vaksinasi komplet amat diperlukan untuk perlindungan maksimal," kata Zania yang dikutip oleh Science Media Centre secara terpisah.