Menjelaskan hasil studi, pemimpin penelitian tersebut, Prof. David Field, menjelaskan bahwa fungsi otak bergantung pada keseimbangan neuron perangsang (pembawa informasi) dan neuron inhibitor (pengontrol aktivitas otak).
Ketimpangan efek inhibitor-perangsang inilah yang dikatakan terkait dengan berbagai kondisi, seperti kecemasan, depresi, autisme, hingga skizofrenia. Hal ini juga menjelaskan gangguan indra pada pasien gangguan mental, fenomena yang dikaitkan dengan ketimpangan inhibitor-perangsang di daerah korteks visual otak.
"Vitamin B6 membantu tubuh memproduksi senyawa kimia yang membatasi impuls ke otak, dan studi kami menghubungkan efek menenangkan ini dengan berkurangnya gejala kecemasan di kalangan partisipan," ujar Prof. David seperti dilansir ScienceDaily.
ilustrasi sumber makanan vitamin B6 (thehealthyrd.com)
Profesor David mengiyakan bahwa memang, banyak makanan yang mengandung vitamin B6. Akan tetapi, melihat dosis tinggi yang dipakai dalam studi tersebut, ia mengatakan bahwa butuh suplemen vitamin B6 untuk benar-benar mendapatkan manfaatnya untuk kecemasan dan depresi.
"Salah satu opsi potensial adalah menggabungkan suplemen vitamin B6 dengan terapi, seperti terapi perilaku kognitif, untuk meningkatkan manfaatnya," ujar Prof. David.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa studi ini masih tahap awal. Untuk benar-benar menjadikan suplemen vitamin B6 sebagai bagian dari pengobatan kecemasan, masih butuh riset lebih dalam mengenai hal tersebut dan kombinasi senyawa lainnya.