ilustrasi cannabidiol atau CBD, zat ganja (psychologytoday.com)
Mengomentari studi tersebut, pemimpin studi, Prof. Paul Amminger, mengatakan bahwa CBD bisa mengobati gangguan mental. Bahkan, hal menarik dari studi ini adalah bahwa CBD bisa menurunkan keparahan gejala anxiety pada akhir studi.
"Saya rasa hal paling mengejutkan dari studi ini adalah keparahan anxiety dari parah ke amat parah bisa menurun hingga 50 persen di akhir studi," ujar Prof. Amminger.
Apakah ini disebabkan oleh efek plasebo? Para peneliti tidak menutup kemungkinan tersebut untuk diteliti pada penelitian berikutnya. Sementara masih rancu, Prof. Amminger mengatakan bahwa data dalam penelitian ini mengecilkan potensi efek plasebo yang memengaruhi penelitian.
Menurut Prof. Amminger, pasien yang dilibatkan dalam memiliki kasus resistansi obat paling parah. Oleh karena itu, berkurangnya keparahan kecemasan setelah mengonsumsi CBD memperlihatkan efek penenang (ansiolitik) yang signifikan secara klinis.
"Meski begitu, uji klinis acak terkontrol dibutuhkan untuk mengonfirmasi efikasi dan keamanan jangka panjang mengonsumsi CBD," tambah Prof. Amminger.