Berkolaborasi dengan ITA dan Mayo Clinic, penelitian ini berlangsung selama 12 minggu (3 bulan). Selama waktu tersebut, para peneliti mengukur interaksi verbal dan nonverbal antara pasien demensia dan perawatnya, tingkat keparahan gejala demensia, serta kondisi stres para perawat.
Hasilnya pun mengejutkan. Penelitian tersebut mencatat bahwa interaksi non-verbal antara perawat dan pasien demensia yang ikut dalam terapi MBM berkurang secara signifikan. Selain itu, stres di anggota keluarga dan perawat demensia yang tergabung dalam terapi MBM juga lebih berkurang dibanding kelompok kontrol.
Penelitian umumnya hanya berfokus pada pasien demensia. Pemimpin penelitian dari Northwestern University, Borna Bonakdarpour, MD, mengatakan bahwa studi ini lebih istimewa karena bukan hanya melibatkan pasien demensia, melainkan juga orang-orang di sekitarnya seperti perawat dan anggota keluarga pasien.
"Pasien demensia bisa terkoneksi dengan pasangannya melalui musik, hal yang tak mampu dilakukan secara verbal. Keluarga dan teman pasien demensia juga diuntungkan ... Saat bahasa tak lagi bisa diandalkan, musik menjadi jembatan," ujar Dr. Borna seperti dilansir situs Medical News.
Pasien dengan demensia terlibat dalam terapi MBM. (itachicago.org)
Penelitian ini mencatat bahwa pasien lebih mau bersosialisasi. Hal ini terlihat dari kontak mata yang lebih frekuen, tidak teralihkan perhatiannya, tidak lekas marah, dan mood yang lebih baik. Hasil positif ini tidak terlihat pada kelompok kontrol yang tak terlibat dalam terapi MBM serupa.
Terlihat dalam video sebelum intervensi, beberapa pasien demensia tidak mau berkomunikasi dengan pasangan. Mengejutkannya, selama sesi, mereka mulai bermain instrumen, bernyanyi, dan berdansa bersama keluarga dan perawat.
"Seiring program ini berlanjut, perawat ikut mengundang anggota keluarga. Inilah pengalaman terbaik untuk seluruh anggota keluarga, di mana para pasien bisa berkomunikasi dengan orang tercinta terlepas dari keparahan demensia," ujar pemimpin program MBM di ITA, Jeffrey Wolfe.
Menurut Dr. Borna, memori musik tetap dalam otak meski memori bahasa dan memori lainnya hilang akibat demensia. Ini karena daerah otak yang terlibat dalam proses dan memori musik tidak terdampak oleh demensia (selama tidak parah). Jadi, pasien bisa tetap berdansa dan bernyanyi.