Studi ini memiliki kelompok partisipan terbesar untuk penelitian long COVID dan vaksinasi COVID-19 saat ini. Kepala penelitian tersebut, Ziyad Al-Aly, mencatat bahwa vaksinasi hanya melindungi dari long COVID (setelah infeksi breakhthrough) sebesar 15 persen saja.
Saat ini, Ziyad mengatakan bahwa AS mencatat 83 juta kasus infeksi COVID-19. Dengan angka tersebut, maka angka long COVID tetap besar dan masih tetap terselubung.
Hasil ini kontradiktif dengan penelitian sebelumnya di Inggris dan dimuat dalam jurnal Lancet Infectious Diseases pada Januari 2022. Melibatkan lebih dari 1,2 juta partisipan dan ribuan pasien COVID-19, studi tersebut menemukan bahwa dua dosis vaksinasi COVID-19 mengurangi risiko long COVID hingga 50 persen.
ilustrasi memakai masker (pexels.com/Anna Shvets)
Dalam kesimpulan, Ziyad dan tim mengatakan bahwa dibanding mereka yang tak terkena COVID-19, mereka yang terkena COVID-19 meski sudah divaksinasi tetap terancam kematian dan long COVID, dan risiko hanya berkurang sedikit dibanding mereka yang terkena COVID-19 serta belum divaksinasi.
Apa yang bisa diambil dari studi ini? Menurut para peneliti, vaksinasi SARS-CoV-2 hanya sedikit mengurangi risiko kematian dan long COVID, dan perlu strategi preventif lain yang tidak kalah ampuh dari vaksinasi untuk mengurangi dampak jangka panjang COVID-19.
"Secara harfiah, kita hanya bergantung kepada vaksinasi untuk melindungi kita dan masyarakat. Sekarang, hasilnya menunjukkan proteksi hanya 15 persen. Kita tetap sangat rentan [terhadap COVID-19]," tandas Ziyad.