ilustrasi vape (pixabay.com/doodleroy)
Para peneliti mencatat satu kekurangan pada studi tersebut. Kekurangan tersebut adalah data yang digunakan berdasarkan laporan mandiri para partisipan mengenai penggunaan vape dan kondisi disfungsi ereksi. Oleh karena itu, masih ada potensi kesalahan dan bias.
Selain itu, tak ada data yang membuktikan apakah para partisipan sedang menjalani terapi obat yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi, seperti antidepresan atau beta blocker.
Oleh karena itu, para peneliti berharap agar penelitian di masa depan meneliti apakah penggunaan vape memiliki hubungan kuat dengan disfungsi ereksi dibandingkan produk rokok lainnya, dan apakah risiko disfungsi ereksi berkurang dengan berhentinya penggunaan vape.
"Di titik ini, kami belum memiliki bukti yang cukup... Apakah risiko disfungsi ereksi dikarenakan nikotin dalam rokok vape atau apakah ada komponen lain di dalamnya yang dapat memengaruhi fungsi ereksi," catat Omar.
Kemudian, para peneliti mencatat kalau penelitian ini terbatas pada disfungsi seksual pada kaum adam. Penelitian selanjutnya diharapkan juga meneliti hubungan antara penggunaan produk rokok dan vape serta disfungsi seksual pada kaum hawa.