Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (REUTERS/Denis Balibouse)
Potensi IL-6 receptor blocker membawa harapan baru bagi pasien COVID-19 untuk selamat dari kematian. Namun, Tedros menyayangkan bahwa obat tersebut masih susah diakses dan harganya pun relatif mahal.
"Obat-obatan ini menawarkan harapan bagi pasien dan keluarga yang menderita dampak buruk dari COVID-19 parah dan kritis. Tetapi, IL-6 receptor blocker tetap tidak dapat diakses dan [harganya] tidak terjangkau untuk sebagian besar warga dunia,” ujar Tedros.
Sementara Kevzara dari Regeneron dan Sanofi belum masuk Indonesia, tocilizumab dosis 400mg/20ml infus saja dapat dijual lebih dari Rp5,7 juta! Ini dikarenakan pembuatan dan pengembangan tocilizumab oleh Roche amat rumit, sehingga harus diimpor, dan penyimpanannya pun butuh metode serta suhu tertentu.
Tocilizumab dijual dengan nama Actemra (wsj.com)
Dengan potensi IL-6 receptor blocker terhadap COVID-19, WHO ingin meningkatkan akses pada tocilizumab dan sarilumab dengan meminta produsen menekan harga dan mengirim pasokan ke negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana angka kasus COVID-19 tengah meroket.
Selain itu, WHO ingin produsen tocilizumab dan sarilumab untuk meneken perjanjian lisensi sukarela non-eksklusif dan transparan atau mengabaikan hak eksklusivitas untuk produksi kedua obat tersebut.
“Distribusi vaksin yang belum merata berarti warga negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah paling rentan terhadap COVID-19 parah. Jadi, obat-obatan ini amat dibutuhkan di negara-negara tersebut,” tandas Tedros.