ilustrasi bergosip (pexels.com/Keira Burton)
Kamu mungkin berusaha dengan baik untuk menutupi satus FWB-mu, tetapi saat pasanganmu membuka hubungan rahasia itu, maka statusnya tidak tertutup lagi.
Orang terdekat, seperti keluarga, mungkin menjadi pihak pertama yang tidak senang jika kamu menjalani kehidupan seksual berisiko dengan orang yang statusnya hanya teman. Sayangnya, memutuskan untuk memiliki FWB adalah sepaket dengan konsekuensi menerima penilaian dari orang lain.
Bahkan, teman-temanmu belum tentu mendukung keputusan itu. Sebagian orang yang berpegang pada moral bisa menentang situasi FWB yang dapat dianggap sebagai pelanggaran nilai-nilai sosial.
Belum lagi jika kamu mengetahui kalau FWB-mu masih menggoda lawan jenis, sementara orang tahu kalian bersama, penilaian yang tidak adil bisa dimungkinkan terjadi. Tentu saja kamu punya opsi mengabaikan penilaian orang lain, tetapi kamu tak bisa menghindari nilai-nilai kesusilaan yang berlaku di suatu tempat.
Jadi, meski FWB terkesan memberikan keuntungan terutama dalam pengalaman seksual, tetapi itu benar-benar bisa merugikan dalam aspek lainnya. Selain berisiko secara fisik, lewat penularan IMS dan kehamilan tak diinginkan, FWB juga berpotensi mengganggu kestabilan kesehatan mental.
Pada akhirnya, kita bisa mengukur sediri seberapa banyak manfaatnya dibanding kerugiannya. Bagaimana pendapatmu, apakah kamu setuju?
Penulis: Dian Rahma Fika Alnina