ilustrasi pasangan hamil (pexels.com/ Sofyan Sasono Agung)
Saat memasuki trimester ketiga, kamu dan pasangan mungkin menemukan banyak perubahan. Paling terlihat yakni tubuh ibu mulai melakukan menyesuaikan dan siap menyambut buah hati. Salah satunya yang ketara adanya produksi kolostrum atau cairan pra-susu. Nah, rangsangan seksual terkadang dapat memicu payudara mengeluarkan kolostrum sehingga menyebabkan ‘payudara bocor’.
Seiring bertambahnya usia kehamilan, serviks pun mengalami pembesaran karena mulut rahim sendiri bersifat lunak. Hal ini memicu timbulnya bercak ketika berhubungan seks, terlebih saat kehamilan memasuki trimester ketiga. Pada sebagian besar kehamilan sehat, kondisi tersebut tidak berbahaya. Namun, lebih baik jika tetap berkonsultasi kepada dokter.
Satu kekhawatiran lain seks pada masa akhir kehamilan yakni penetrasi dapat memengaruhi janin. Namun, faktanya, serviks dapat menjadi penghalang antara dinding luar vagina dan bayi. Terlebih, ada pula cairan ketuban dan dinding otot tebal yang mampu mencegah penis bersentuhan dengan janin selama hubungan seksual. Kecuali, jika ibu hamil menderita plasenta previa atau dinding serviks yang melemah, penetrasi tidak akan tetap menyodok bayi.
Lantas, apakah seks di trimester ketiga dapat mendorong bayi keluar lebih cepat sebelum waktunya? Jawabannya tidak, ya. Seks dapat mendorong persalinan lebih cepat hanya jika tubuh memang sudah siap untuk melahirkan. Meski begitu, seks dapat memicu hormon prostaglandin yang membantu pelunakan serviks untuk memudahkan proses persalinan.