Umumnya, ejakulasi retrograde tidak membutuhkan pengobatan, kecuali jika kondisi sudah mengganggu fertilitas. Terapi obat berpotensi ampuh bila kondisi tersebut disebabkan oleh kerusakan saraf, tetapi tidak efektif bila kondisi ini disebabkan oleh operasi.
Selain itu, jika obat (seperti untuk hipertensi, prostat, dan kondisi psikis) yang menyebabkan ejakulasi retrograde, maka dokter mungkin akan menyesuaikan program pengobatan.
Dilansir Mayo Clinic, beberapa pengobatan untuk ejakulasi retrograde umumnya digunakan untuk mengobati kondisi lain yang mendasarinya. Jadi, obat yang umum digunakan meliputi:
- Imipramin (antidepresan).
- Midodrine (untuk mempersempit pembuluh darah).
- Chlorpheniramine dan brompheniramine (antihistamin).
- Ephedrine, pseudoephedrine, dan phenylephrine (untuk meringankan gejala batuk pilek).
Obat-obatan tersebut membantu menjaga sfingter tetap tertutup selama ejakulasi. Meski begitu, efek samping pengobatan tersebut (peningkatan tekanan darah dan detak jantung) juga harus diwaspadai, terutama untuk pasien penyakit jantung dan hipertensi. Oleh karena itu, konsultasikan ke dokter sebelum memilih pengobatan.