ilustrasi pasangan memegang tangan (pexels.com/Emma Bauso)
Mengenali perbedaan rangsangan dan gairah seksual penting untuk pasangan yang ingin meningkatkan kualitas kehidupan seks. Karena, terkadang mungkin seseorang merasa seperti dalam mood untuk berhubungan intim namun alat kelamin tidak merasakan hal yang sama. Atau, tubuh yang menjadi bersemangat tetapi tidak merasakan dorongan apa pun.
Ketidakseimbangan antara gairah dan rangsangan seks tersebut merupakan fenomena yang umum dialami, dan mengacu pada situs Leigh Noren, itu disebut dengan rangsangan non-konkordansi. Istilah itu digunakan terapis seks untuk menggambarkan situasi saat fisik terstimulasi oleh rangsangan namun tidak secara mental, ataupun sebaliknya.
Kadang, hal tersebut bisa mengindisikan adanya gangguan seksual seperti rendahnya libido atau kesulitan untuk ereksi. Jadi, bagi pasangan yang merasa ada ketidakcocokan antara gairah seksual dan respons tubuh, bisa mempertimbangkan untuk mengeksplorasi apa yang sebenarnya terjadi dengan seksualitasnya.
Pemahaman atas perbedaan rangsangan dan gairah seksual juga dinilai bermanfaat bagi penyintas kekerasan seksual. Hanya karena seorang korban mengalami vagina yang basah atau ereksi, itu tidak berarti otak menyetujui tindakan pelecehan tersebut. Hal itu adalah murni reaksi fisik terhadap kontak seksual yang diterima tubuh. Jadi, penyintas yang mengalami trauma tidak harus merasa malu jika tubuh merasakan rangsangan saat terjadi pelecehan.
Berdasarkan ulasan di atas, perbedaan rangsangan dan gairah seksual terletak pada asal kedua hal itu sendiri. Gairah seksual adalah bagian mental yang mencerminkan keinginan terlibat dalam aktivitas seksual, sementara rangsangan merupakan bagian fisik sebagai respons tubuh terhadap gairah seks. Respons tersebut merupakan hal wajar dari tahapan siklus respons seksual.
Penulis: Dian Rahma Fika Alnina