3 Film Animasi Bertema Bullying, Ada Karya Anak Bangsa Juga Lho

Boleh dibilang setiap tahun kita selalu dihebohkan dengan kasus bullying atau perundungan terutama usia sekolah. Para pelaku bullying ini selalu menemukan hal-hal dalam melontarkan kata-kata pedas atau melakukan kekerasan fisik kepada korban.
Ketika kasus bullying atau perundungan muncul kepermukaan kita tercengang bagaimana bisa hal tersebut terjadi? Semua pihak sudah berusaha keras untuk memberikan pengertian bahwa bullying bukan hal wajar, bukan hal yang bisa dimaklumi.
Lewat film-film animasi berikut semoga kita bisa makin mawas diri dalam bertindak maupun berkomentar.
1. A Silent Voice (2016)

Film animasi dari Jepang yang mendapatkan banyak pujian dan diputar diberbagai negara adalah A Silent Voice, mulai diputar 2016 di Jepang serta 2017 secara Internasional.
Bisa dibilang film ini karma buat pelaku bully.
Dikisahkan ada seorang gadis sekolah menengah pertama (SMP) bernama Shouko Nishmiya yang berpindah sekolah. Disekolah baru Shouko Nishmiya mengalami perundungan dikarenakan dia tuna rungu.
Salah satu teman sekelas Shouku yang mem-bully adalah Shouya Ishida.
Akhirnya kasus bully ini sampai ke kepala sekolah, serta memanggil Shouya Ishida untuk meminta pertanggung jawaban. Shouya merasa tidak terima cuma dia yang dipojokkan pihak sekolah karena beberapa teman-temannya juga melakukan bully kepada Shouko.
Konflik makin menajam, Shouya meluapkan kekesalannya pada Shouko karena harus berurusan dengan pihak sekolah gegara anak baru yang tuna rungu.
Akhirnya Shouko memutuskan pindah sekolah lagi dan Shouya berubah menjadi korban bully oleh teman-teman sekelasnya karena tidak terima dilaporkan ke kepala sekolah.
Disinilah Shouya Ishida menyadari betapa tidak enaknya menjadi korban bully. Setelah merasakan menjadi korban akhirnya Shouya mengerti perasaan Shouko selama mereka satu sekolah.
Nah, bagaimana perjalanan Shouya untuk menunjukkan niat baik ke Shouko saat mereka dipertemukan kembali di sekolah menengah atas (SMA) yang sama? Akankah berjalan mulus seperti jalan tol?
2. The King of Pigs (2011)

The King of Pigs adalah film animasi dari Korea Selatan. The King of Pigs menerima pujian untuk filmografinya serta dari segi cerita pada ajang Festival Film Internasional Busan 2011 bahkan diputar di Festival Film Cannes pada 2012.
Film ini menceritakan tentang trauma yang dialami korban perundungan dari masa sekolah yang terbawa sampai mereka dewasa walau telah berpuluh tahun berlalu.
Alur cerita film The King of Pigs adalah maju-mundur. Diawal cerita menggambarkan kehidupan masa kini yang kemudian bertemu kembali dengan teman masa sekolah yang menggenang kembali kenangan pahit saat menjadi korban perundungan oleh teman-teman mereka yang berkuasa yang menamakan diri sebagai kelompok "dog" sedangkan kaum tertindas disebut sebagai "pig".
Bagaimana kaum "pig" ini bertahan serta rahasia apa yang tersimpan puluhan tahun dibalik peristiwa perundungan tersebut?
Karena film ini bertema perundungan siap-siap dengan beberapa adegan yang sadis dan vulgar.
3. Jumbo (2023)

Film animasi Jumbo menceritakan seorang seorang anak laki-laki bernama Don yang mempunyai kebiasaan mendengarkan dongeng dari orang tuanya. Suatu hari saat ayah Don membacakan dongeng dari buku ajaib membuat Dok berpetualang memasuki dunia sihir.
Disini kisah perundungan muncul kala Don memasuki dunia sihir, Don menjadi korban perundungan!
Apa saja bentuk perundungan yang Don alami? Bagaimana cara Don bertahan serta mengatasi situasi rumit tersebut?
Film Jumbo diproduksi sebagai dukungan anti-perundungan terhadap anak Indonesia. Buat kalian yang penasaran dengan karya animator terbaik Indonesia 2023 yang juga merangkap sebagai sutradara yaitu Ryan Adriandhy silahkan tonton disitus legal.
Perundungan tidak melulu tentang kekerasan fisik tapi cemoohan, nyinyiran serta tatapan menghina juga termasuk dalam perundungan atau bullying. Hal tersebut cukup menyakitkan dan mampu bertahan dalam ingatan korban dalam jangka panjang serta menyebabkan trauma.
Semoga lewat film-film tersebut kita semakin mawas diri dalam bertindak serta bersikap. Stop bullying!