Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Film Romantis Berbahasa China Terbaik,  Klasik sampai Kontemporer

Suzhou River (dok. MUBI/Suzhou River)

Butuh tontonan alternatif untuk rayakan Hari Kasih Sayang tahun ini? Coba telusuri film dari bahasanya, deh. Kali ini boleh coba dulu film-film romantis berbahasa China (Mandarin, Kanton, Taiwan, dll.). Bukan sembarang film, daftar di bawah didominasi film arthouse yang sempat tayang di festival bergengsi, bahkan merebut gelar mentereng. 

Susah dipercaya? Buktikan saja sendiri dengan nonton keenamnya sekarang juga. Klasik sampai kontemporer, komplet dan kualitasnya terjamin. 

1. Shanghai Blues (1984)

Shanghai Blues (dok. MUBI/Shanghai Blues)

Kamu bisa mulai dengan nonton Shanghai Blues, film lawas asal Hong Kong yang akhirnya tayang global di salah satu platform streaming ternama. Bergenre romcom, kamu akan dibawa menyusuri nasib dua orang yang cintanya terhalang perang. Berlatar Shanghai tahun 1937, seorang pemuda yang akan berangkat ke medan perang tak sengaja bertemu perempuan yang mencuri hatinya saat berjalan di bawah jembatan.

Saling suka, mereka berjanji akan bertemu lagi setelah perang usai. Sepuluh tahun kemudian saat perang akhirnya usai, nasib mereka berubah drastis. Sang pemuda masih berkarier di militer, tetapi pujaan hatinya sudah jadi bintang terkenal yang sudah ditemui. Bisakah mereka jatuh cinta lagi? 

2. Chungking Express (1994)

Chungking Express (dok. British Film Institute/Chungking Express)

Chungking Express adalah film romantis berbahasa China paling melegenda. Dibuat Wong Kar Wai, film dibagi jadi dua plot berbeda yang dikemas secara paralel. Cerita pertama tentang polisi muda yang baru diputus pacarnya dan kesulitan buat move-on. Cerita kedua beralih ke pegawai rumah makan yang menaruh hati pada seorang polisi langganan resto. Cintanya yang besar itu awalnya tak berbalas, tetapi beberapa tahun kemudian mereka bertemu kembali dan harapan mulai muncul. 

3. Suzhou River (2000)

Suzhou River (dok. Criterion/Suzhou River)

Berlatarkan pemukiman di sekitaran Sungai Suzhou yang tak seestetik pusat kota Shanghai, Suzhou River mengikuti perjuangan seorang pria menemukan pujaan hatinya yang menghilang. Bertahun-tahun kemudian, ia bertemu dengan sesosok perempuan yang ia yakini sebagai kekasihnya yang tak pernah berkabar itu. Mirip dengan Chungking Express, isu obsesi jadi salah satu tema besar film ini. 

4. Dead Pigs (2018)

Dead Pigs (dok. Sundance Film Festival/Dead Pigs)

Dead Pigs adalah film yang ditulis lewat beberapa perspektif sekaligus. Ada pria paruh baya yang kehilangan hewan ternaknya karena penyakit misterius, perempuan yang menolak menjual rumah warisan orangtuanya ke pengembang, pekerja kerah biru yang tak sengaja menyelamatkan perempuan kaya yang hendak bunuh diri, sampai seorang ekspatriat yang burnout dengan pekerjaannya. Awalnya tampak punya misi yang berbeda, ternyata nasib mereka saling bertautan. Unik, kompleks, dan pesan sosialnya mengena, sih. Subplot romantisnya juga oke. 

5. Better Days (2019)

Better Days (dok. Well Go USA Entertainment/Better Days)

Sempat dapat nominasi Oscar, Better Days adalah film romantis asal Hong Kong yang mempertemukan dua remaja yang tersisih dari masyarakat dan keluarganya. Dipertemukan saat sama-sama jadi korban perundungan, mereka membentuk koneksi yang indah dan meaningful. Meski terdengar klise, banyak isu sosial yang dilontarkan film garapan Derek Tsang itu, mulai dari ketimpangan kelas, kultur bullying parah, sampai keluarga toksik. 

6. Caught by the Tides (2024)

Caught by the Tides (dok. New York Film Festival/Caught by the Tides)

Caught by the Tides adalah kerja sama kesekian pasutri aktris Zhao Tao dan sutradara Jia Zhangke. Film berlatarkan beberapa dekade sekaligus, dimulai dengan pertemuan seorang Qiao Qiao (Zhao) pekerja kerah biru dengan manajernya. Keduanya jatuh cinta dan menjalin hubungan asmara sampai sang manajer memilih untuk pindah kota demi dapat penghasilan lebih tinggi. 

Setelah bertahun-tahun tak kunjung pulang, Qiao Qiao nekat mencarinya ke kota perantauan. Perjalanan ini tak mudah, tetapi memberinya banyak pencerahan dan keberanian untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Seperti biasa, Jia Zhangke selalu menyelipkan konflik kelas dan kritik terhadap kapitalisme dalam karya sinematiknya. 

Ada banyak jenis film romantis yang bisa kamu tonton, tetapi kalau butuh kedalaman cerita yang pas, lengkap dengan komentar sosial yang membuka mata, sinema berbahasa China boleh jadi gudangnya. Tontonan romantis alternatif yang gak klise ada di sana. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us