Pernah dengar trauma masa kecil atau yang dikenal pula dengan istilah childhood trauma? Belakangan ia jadi isu yang cukup ramai diperbincangkan di berbagai platform. Ini beriringan dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental.
Sebenarnya apa, sih, artinya? Melansir sebuah lembaga pemerintah Amerika Serikat, Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA), trauma masa kecil terbentuk ketika seorang anak (usia 1—17 tahun) mengalami kejadian mengerikan.
Ada beberapa kriteria kejadian yang disebut SAMHSA, yakni berada di lingkungan yang toksik (memiliki orangtua pecandu alkohol dan narkoba, menjadi korban pelecehan seksual, korban KDRT, dieksploitasi secara ekonomi); menyaksikan peristiwa mengerikan atau berkaitan dengan kekerasan (kecelakaan, bencana alam, perang, terorisme); diabaikan orangtua atau wali serta merasakan kehilangan mendadak (orangtua yang meninggal tiba-tiba, perceraian); dan lain sebagainya.
Trauma masa kecil lebih kompleks karena sering kali tidak terdeteksi. Ini karena anak cenderung belum mampu mengekspresikan perasaan mereka sefasih orang dewasa. Pada akhirnya, anak-anak cenderung menyalahkan diri sendiri ketika terjadi hal-hal mengerikan di luar kendali mereka (self-blaming). Tak jarang mereka mencoba mengubur memori buruk tersebut menggunakan imajinasi atau skenario tertentu (denial).
Dampaknya akan mulai terlihat pada usia remaja dan dewasa. Tak sedikit yang akan terjerumus dalam pusaran kekerasan, pelecehan, hingga penyalahgunaan narkoba dan alkohol.
Untuk itu, kesadaran akan pentingnya mencegah dan menangani trauma masa kecil sudah waktunya dipromosikan. Ini yang dilakukan beberapa sineas lewat karya mereka.
Kamu bisa coba mengasah empati dan kepekaanmu lewat tujuh judul film di bawah. Mengingat isunya sensitif dan bisa saja memicu memori masa lalumu sendiri, pastikan kamu menyikapinya dengan bijak.