8 Lagu Esensial Fontaines D.C., Band Post-Punk Modern Terbaik Saat Ini

Punk dan post-punk adalah dua genre yang cukup disukai kritikus dan pengamat musik, tetapi jarang meraih kesuksesan secara komersial layaknya genre-genre lain semacam pop dan R&B. Sejarahnya saja cukup menarik. Sejumlah sumber sepakat bahwa dua genre ini muncul di Inggris dan Irlandia pada tahun 1970-an.
Melansir artikel The Independent yang berjudul "Utterly Radical, Subversive and Alien: The Untold Story of Irish Post-Punk", genre musik punk lahir sebagai ekspresi kekecewaan dan keinginan memberontak pada sistem yang kolot. Band beraliran punk identik dengan musik cadas dan lirik politis. Setelah beberapa waktu, muncul genre post-punk yang lebih luwes dari segi pakemnya.
Musik post-punk mengizinkan musisi bereksperimen dengan berbagai instrumen musik (seperti synthetizer dan piano), hingga membuat lirik-lirik yang bertema nihilisme atau sentimental. Sempat berjaya pada 1980 sampai awal 1990-an, post-punk mulai kehilangan musisi esensialnya seiring bubarnya Joy Division dan The Smiths. Genre ini meredup dan jadi musik underground dengan peminat terbatas.
Genre alternatif tersebut semakin terkubur dengan kemunculan musisi solo yang jumlahnya terus bertambah pada tahun 2010-an. Menggantikan band-band yang bubar atau memilih hiatus. Secara logika format solo memang lebih mudah dari segi manajemen ketimbang band yang harus menyatukan beberapa kepala dalam satu tim.
Tak mudah untuk menarik perhatian publik mainstream sebagai band di era sekarang. Namun, mereka bisa jadi angin segar untuk penikmat musik yang butuh hengkang dari lagu-lagu pop. Salah satu yang cukup santer namanya adalah Fontaines D.C. Mereka adalah band asal Irlandia yang baru terbentuk pada 2017, tetapi langsung mengguncang dunia dengan album debut mereka pada 2019.
Kini mereka telah merilis tiga album studio yang semuanya banjir pujian. Tak hanya anak muda, generasi lebih tua menganggap mereka sebagai pengingat kejayaan musik post-punk masa lalu.
Dengan kesuksesannya, mereka punya potensi mengembalikan genre post-punk ke ranah mainstream. Untuk kamu yang masih awam dengan sepak terjang mereka, silakan mulai dengarkan dari delapan lagu esensial Fontaines D.C. berikut ini.
1. Boys in a Better Land
"Boys in a Better Land" adalah salah satu lagu pertama yang dirilis Fontaines D.C. pada awal kemunculan mereka. Pada album debut mereka yang berjudul Dogrel, lagu-lagu mereka berangkat dari pengalaman personal sang frontman, vokalis, dan penulis lagu utama, Grian Chatten.
Lagu ini misalnya merupakan pengalamannya bertemu dengan seorang sopir taksi di kota Dublin yang benci pada orang Inggris. Grian sendiri berdarah separuh Inggris, tetapi besar di Dublin. Latar belakangnya tersebut sering membuatnya dapat masalah meskipun ia lebih dekat dengan kultur Irlandia.
"Boys in a Better Land" seakan jadi sindiran untuk orang-orang Irlandia yang sentimen terhadap Inggris, tetapi mengirim anak-anaknya untuk merantau ke negeri itu karena minimnya lapangan pekerjaan di negara mereka sendiri.
2. Too Real
"Too Real" juga diambil dari album Dogrel. Liriknya masih seputar kritik dan persepsi mereka terhadap kota Dublin yang kelabu dan suram di beberapa sisi. Seperti biasa, Grian menyanyikan lagu ini tanpa mengubah aksen Irlandianya yang kental.
Kebanyakan musisi asal Inggris, Irlandia, dan Australia biasanya mengubah aksen mereka saat menyanyi agar mudah dipahami pendengar. Namun, sepertinya tren itu mulai ditinggalkan dan makin banyak musisi nyaman tampil dengan aksen asli mereka.
3. Televised Mind
Setahun setelah Dogrel, Fontaines D.C. merilis album kedua mereka pada 2020 dengan judul A Hero’s Death. "Televised Mind" merupakan salah satu single andalannya. Secara lirik, lagu ini cukup sederhana dengan beberapa bait yang repetitif.
Namun, secara pesan "Televised Mind" memiliki pengaruh yang kuat. Melalui Pitchfork, mereka menjelaskan bahwa lagu ini merupakan hasil pengamatan mereka akan konsep echo chamber. Konsep tersebut menjelaskan bagaimana lingkungan dan media massa bisa membentuk karakter dan pemikiran seseorang.
4. I Don't Belong
"I Don't Belong" merupakan lagu pembuka dari album A Hero’s Death. Lagu ini terinspirasi dari perasaan tak nyaman yang dirasakan seseorang ketika orang lain menaruh ekspektasi kepada dirinya.
Ini adalah salah satu contoh penerapan nilai nihilisme yang biasa dilakukan musisi post-punk dalam lirik lagu mereka. "I Don't Belong" dilengkapi dengan musik video yang sederhana dengan menampilkan lanskap alam Irlandia.
5. Skinty Fia
Setelah berjuang selama pandemik, Fontaines D.C. kembali menghibur penggemarnya dengan materi baru. Tepatnya lewat album Skinty Fia yang rilis April 2022 lalu. Dalam album ini mereka memasukkan satu lagu dengan judul "Skinty Fia" yang terinspirasi dari sebuah pepatah Irlandia yang berarti "kemusnahan rusa".
Album ini bahkan menggunakan potret rusa elk khas Irlandia yang telah punah sebagai sampulnya. Dari segi musikal "Skinty Fia" merupakan lagu pertama Fontaines D.C. yang menyertakan synthetizer dan sentuhan psikedelik dalam aransemennya. Secara lirik, ia mengeksplorasi perasaan-perasaan paranoid, adiksi, dan kebencian.
6. Jackie Down the Line
Eksplorasi terhadap rasa benci dan hubungan toksik terdengar jelas dari lirik lagu "Jackie Down the Line". "Jackie" atau "jackeen" sendiri merupakan julukan merendahkan yang disematkan pada seseorang yang berasal dari Dublin.
Melalui wawancara Far Out Magazine, mereka mengaku lagu ini terinspirasi dari keinginan untuk jadi diri sendiri. Dengan begitu, kita tidak bisa diharapkan selalu bersikap baik dan sempurna.
7. I Love You
Lagu esensial Fontaines D.C. berikutnya adalah "I Love You". Ini bukan lagu romantis biasa yang ditujukan untuk seseorang melainkan ungkapan rasa benci dan cinta sekaligus terhadap Irlandia.
Dalam kasus ini, Grian bahkan memasukkan beberapa isu politik Irlandia yang masih berkutat pada konflik kepentingan antara kelompok konservatif dan liberal. "I Love You" diramu dengan tempo yang cukup lambat.
8. The Couple Across the Way
Dalam "The Couple Across the Way", Fontaines D.C. melakukan eksperimen yang tak biasa. Mereka merambah instrumen tradisional untuk membuat lagu yang temponya jauh lebih lambat dari karya mereka biasanya.
Lewat NME, Grian mengaku terinspirasi dari pasangan lansia yang tinggal di depan rumahnya yang membuatnya melakukan proyeksi terhadap kondisi hubungan asmaranya sendiri. Selain "The Couple Across the Way", Fontaines D.C. juga membuat lagu bernuansa tradisional dalam track berjudul "In ár gCroíthe go deo" yang merupakan lagu pembuka di album Skinty Fia.
Memilih genre post-punk di masa kini mungkin tidak disarankan untuk musisi yang ingin sukses secara komersial. Keberadaan Fontaines D.C. dan beberapa musisi lain yang bergelut di jalur yang sama harus dihargai, sih. Butuh nyali besar untuk idealis di era seperti ini.