TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Film dengan Media dan Visualisasi Unik, dari Cat hingga Lego 

Ternyata ada banyak media unik untuk menyampaikan film 

cuplikan film Loving Vincent (dok. BreakThru Productions/Loving Vincent)

Visualisasi pastinya menjadi salah satu faktor terpenting dalam sebuah film. Kita sudah terbiasa disuguhi dengan gambaran pemandangan yang memanjakan mata, CGI yang memukau, penampilan para aktor yang menarik, dan animasi yang indah. Bioskop dan layar kaca diwarnai dengan film-film yang memiliki semua hal itu.

Di tengah maraknya film yang menampilkan aktor manusia ataupun animasi kartun, masih ada banyak film yang menggunakan media-media unik untuk menyampaikan cerita. Mereka menampilkan visualisasi yang tidak ditemukan di film-film kebanyakan, dan tentunya tidak kalah menarik dengan film-film mainstream.

Apa saja film-film itu, dan media apa yang mereka gunakan? Yuk, lihat daftarnya di bawah ini!

1. Loving Vincent (2017)

Loving Vincent bercerita mengenai seorang pemuda bernama Armand Roulin yang ditugaskan ayahnya untuk mengantarkan surat terakhir Vincent van Gogh kepada saudara laki-lakinya. Dalam perjalanan Armand ke kampung halaman van Gogh, ia mempelajari fakta mengenai hari-hari terakhir pelukis ternama itu. Film ini sangat cocok untuk ditonton para pencinta karya Vincent van Gogh. Bukan hanya karena plot dan pesan filmnya yang sangat memberikan penghormatan pada van Gogh, namun juga karena visualisasinya yang sangat unik.

Film ini menjadi film panjang pertama yang sepenuhnya dibuat menggunakan lukisan. Sebanyak lebih dari 100 artis yang mengenal gaya lukisan van Gogh terlibat untuk menciptakan sekitar 66.960 frame lukisan yang nantinya akan disatukan untuk membentuk film ini. Beberapa karakter serta lokasi film ini mendapatkan inspirasi dari 94 lukisan ternama van Gogh, termasuk lukisan The Starry Night dan Cafe Terrace at Night. Melihat dedikasi yang dicurahkan untuk film ini, tidaklah mengherankan apabila Loving Vincent dinominasikan untuk kategori Best Animated Feature Film pada Oscar 2018.

Baca Juga: 5 Film Korea yang Tayang Juli 2022, Ada Film Terbarunya Kim Tae Ri!

2. Coraline (2009)

Coraline Jones menemukan sebuah pintu kecil di rumah barunya. Pintu itu membawanya ke dunia paralel di mana semua orang yang ia kenal memiliki kancing sebagai matanya. Semua orang di dunia itu bersikap sangat baik terhadap Coraline. Hingga pada akhirnya Coraline dipaksa untuk tinggal di dunia itu dengan cara menjahit kancing ke matanya.

Coraline menjadi salah satu film stop-motion paling ikonik milik Studio Laika. Menurut laman resmi Laika, pembuatan film ini membutuhkan bantuan lebih dari 500 orang selama 4 tahun. Banyak bahan digunakan, seperti silikon dan tanah liat khusus untuk membuat badan karakter, kain sutra yang disulam dengan jarum sekecil rambut manusia untuk membuat sweater, dan popcorn yang dicat untuk membuat bunga. Boneka Coraline sendiri memiliki 42 wig serta 6.300 wajah berbeda.

3. Searching (2018)

Menceritakan perjuangan David Kim, seorang ayah yang berusaha mencari petunjuk akan anaknya yang hilang. Berbeda dengan dua film sebelumnya, Searching menunjukkan aktor-aktor manusia asli seperti kebanyakan film pada umumnya. Yang membuatnya unik adalah film ini sepenuhnya digambarkan melalui layar laptop milik sang anak. Kita melihat bagaimana David mencari petunjuk melalui media sosial anaknya, berkomunikasi dengan orang-orang melalui video call, dan mendapatkan informasi melalui video-video YouTube.

Proses pembuatan Searching dilakukan dalam dua jenis pengambilan gambar, yaitu gambar layar dan aktor. Sutradara Aneesh Chaganty mengatakan bahwa salah satu tantangan terbesar para aktor adalah harus berpura-pura melihat layar dan mengetahui letak kursor, padahal layar yang mereka hadapi saat shooting hanya berupa layar hitam. Melalui akun Twitter Searching, dikatakan bahwa proses editing sendiri memakan waktu selama satu setengah tahun.

4. Host (2020)

Sama dengan Searching, keseluruhan film Host ditunjukkan melalui layar laptop. Tapi kali ini visualisasinya lebih sederhana karena hanya berfokus pada panggilan Zoom keenam teman yang berusaha mendatangkan arwah. Film ini menarik karena ditambahkan detail-detail yang memberikan kesan realistis, seperti koneksi internet yang putus-putus, gambar yang pecah-pecah, orang-orang yang kadang berbicara bersamaan, hingga penggunaan filter.

Selain menjadi alasan diambilnya Zoom sebagai media film ini, pandemik juga menjadi tantangan terbesar pembuatan Host. Para aktor tidak dapat bertemu karena aturan social distancing, sehingga mereka merekam adegan mereka sendiri-sendiri di tempat tinggal masing-masing. Berbagai persiapan dan detail seperti make up juga dilakukan oleh aktor dengan hanya mengandalkan arahan melalui Zoom.

Baca Juga: 10 Film dengan Visualisasi Naga Terbaik, Terbaru Ada Shang-Chi! 

Verified Writer

Aisyah Adinda

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya