TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kelebihan dan Kekurangan Film Thriller Erotis Miller's Girl

Akting Jenna Ortega di Miller's Girl keren, sih, tapi...

cuplikan film Miller’s Girl (Dok. Lionsgate)

Jenna Ortega kembali dengan film terbaru berjudul Miller's Girl. Film debut sutradara Jade Halley Bartlett ini memiliki genre drama thriller romantis dengan banyak adegan dan dialog dewasa yang cukup liar.

Sebelumnya, Miller's Girl telah didistribusikan di bioskop Amerika pada 26 Januari 2024 lalu. Sayangnya, film ini justru mendapatkan ulasan buruk di berbagai situs, termasuk Rotten Tomatoes. Apakah Miller's Girl seburuk itu?

Perhatian, artikel ini mengandung spoiler!

1. Akting Jenna Ortega on point!

cuplikan film Miller’s Girl (Dok. Lionsgate)

Menyoroti hubungan rumit antara guru dan murid, Miller's Girl sempat menuai kontroversi dan kekhawatiran. Pasalnya, Jenna beradu akting dengan Martin Freeman yang 31 tahun lebih tua darinya.

Namun siapa sangka, ia justru sukses membabat habis karakternya sebagai Cairo Sweet, 'cegil' 18 tahun yang baru mengenal dunia dewasa. Jenna Ortega totalitas menggambarkan perannya sebagai remaja naif dengan rasa keingintahuan yang besar di tengah kesenjangan intelektual dan pengalaman. 

Karena tumbuh di lingkungan yang buruk dan tidak memiliki figur orangtua yang mendampingi, ia menjadi liar dan terseret ke dalam dunia gelap. Cukup unik, penggambaran karakter Cairo Sweet juga ditangkap dengan music scoring khas film thriller yang mencekam sehingga secara tidak langsung membuat penonton terpancing untuk setia mengikuti kehidupan Cairo yang berani dan misterius.

Baca Juga: Sinopsis dan Pemain Film Miller's Girl, Hubungan Guru-Murid Meresahkan

2. Premis kurang solid bikin cerita film jadi terkesan kurang natural dan terlalu dipaksakan

cuplikan film Miller’s Girl (Dok. Lionsgate)

Namun sayangnya, tidak ada satu pun adegan atau plot yang mengeksplorasi karakter Cairo Sweet lebih dalam lagi. Penggunaan music scoring yang disajikan di sepanjang pemutaran film terasa sia-sia dan terkesan terlalu dipaksakan.

Meski sukses menghidupkan karakter masing-masing, bukan berarti Jenna Ortega dan Martin Freeman juga berhasil membangun chemistry. Keduanya berusaha menciptakan ketegangan seksual di sepanjang pemutaran film, tapi tidak ada alasan yang jelas bagi mereka untuk saling mengejar satu sama lain.

Mungkin, hal tersebut merupakan imbas dari premis yang kurang solid sehingga semua hal di dalam cerita, termasuk beberapa karakter, jadi memiliki ketidakjelasan tujuan. Sangat disayangkan, hal ini terjadi sampai ke babak terakhir.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya