Ceritakan Cut Nyak Dhien, Monolog Sha Ine Bius Millennial Makassar
Penonton seolah diajak mengarungi kehidupan perempuan tangguh tersebut.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Rintihan tangis sosok wanita terdengar dari sebuah kesunyian. Tangis tersebut ternyata milik Cut Nyak Dhien. "Nangroe, Nangroe, Nangroe," begitu teriaknya lirih.
Kehidupannya penuh perjuangan. Di usianya yang baru berinjak 12 tahun, ia sudah dipaksa menikah dengan Teuku Ibrahim, seorang pria tangguh asal Aceh. "Pada saat itu saya tidak mengerti apa itu cinta. Tubuhku belum tumbuh sebagai wanita seutuhnya," tuturnya.
1. Dua kali menjanda karena perang
Meski masih muda, Cut Nyak Dhien tetap berusaha menjalani kehidupan rumah tangga layaknya wanita dewasa. Namun nahas, sang suami harus gugur di medan perang. "Saya tak kuasa menerima itu, tak lama datang pria lain melamar saya," kata Cut.
Pria tersebut adalah lelaki tangguh lain asal Aceh, yaitu Teuku Umar. Tak mempunyai banyak pilihan, Cut kembali dipaksa menikah dengan Umar. Ternyata kebahagiaannya juga tak berlangsung lama.
Kala pertempuran dengan penjajah kembali terulang, nyawa suami keduanya terenggut. Bak de javu, Teuku Umar tewas seperti Ibrahim di medan perang. Cut pun kembali menjanda.
Namun, kesendirian tak lantas membuatnya rapuh. Ia justru berkali-kali memimpin pasukan untuk melawan Belanda di tanah rencong. Sayangnya, nasib nahas kembali mengahmpirinya. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat.
Baca juga: Teater Koma 'Bius' Penonton di Festival Hadhrami UI