TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Film dan Serial TV yang Mengundang Teori Liar Penonton

Teori mana yang kamu suka?

adegan dalam film Interstellar (dok. Legendary Pictures/Interstellar)

Film tak sekadar menampilkan adegan memikat yang memancing decak kagum penonton. Lebih dari itu, film sejatinya sudah menjadi karya yang memberikan banyak ruang imajinatif bagi siapa saja yang menontonnya. Bahkan, tak jarang penonton dibuat berpikir keras tentang apa yang baru saja ditonton.

Dalam dunia perfilman, penonton atau penggemar diberikan kebebasan berpendapat sekaligus berimajinasi. Nah, itu sebabnya ada banyak karya sinema yang malah mengundang kita untuk memunculkan beberapa teori liar. Kalau penasaran dengan judul film atau serial yang bakal kita bahas, kamu bisa simak artikel ini sampai selesai.

1. John Wick: Chapter 4

John Wick: Chapter 4 mengundang spekulasi dan teori liar penggemar. (dok. Summit Entertainment/John Wick: Chapter 4)

Siapa yang sudah menonton John Wick: Chapter 4? Ya, film yang dibintangi oleh Keanu Reeves, Donnie Yen, dan Bill Skarsgård ini sukses diputar di seluruh dunia dan saat ini sudah mengantongi pendapatan 300 juta dolar AS atau sekitar Rp4,5 triliun. Nah, dalam seri keempatnya, penonton dan penggemar seolah dipaksa untuk memunculkan beberapa teori liar:

  • Pertama, kematian John Wick dipalsukan. Apakah John Wick betul-betul tewas dalam pertarungan terakhirnya? Tak ada yang tahu sampai kita ditunjukkan makamnya pada akhir film. Namun, penggemar berteori bahwa ia tidak tewas, bahkan aksinya akan berlanjut pada judul kelima.
  • Kedua, aksi Caine menyelamatkan John Wick. Well, kenapa ia melakukannya? Mungkin ini karena persahabatan atau bisa juga karena ia memiliki rencana besar dalam judul berikutnya.

Sebenarnya, ada banyak penggemar yang menyatakan bahwa kisah John Wick pada bakak keempat tersebut sudah cukup klimaks. Artinya, entah hidup atau mati, John Wick tetap terbebas dari High Table. Kalau menurutmu gimana? Apa kamu bisa menjawab atau membantah berbagai teori liar untuk film arahan Chad Stahelski ini?

2. The Haunting of Hill House

The Haunting of Hill House menjadi karya yang cukup sukses dirilis oleh Netflix. (dok. Netflix/The Haunting of Hill House)

"Ghosts are guilt, ghosts are secrets, ghosts are regrets and failings. But most times, most times a ghost is a wish."

Kalimat di atas adalah ungkapan Steven Crain dalam episode terakhir serial TV The Haunting of Hill House. Ya, Steve sendiri merupakan anak sulung dari keluarga Crain yang sempat menghabiskan masa kecilnya di sebuah rumah bernama Hill House. Penulis cukup suka dengan serial ini karena ia hadir bukan sebagai kisah horor konvensional, melainkan jembatan yang menghubungkan antara psikologis dan realitas.

Pada intinya, entah hantu itu nyata atau tidak, mereka merupakan manifestasi dari pikiran, harapan, dan ketakutan kita. Orang yang sulit berdamai dengan masa lalu, misalnya, akan selalu dihantui dengan masa lalunya. Begitu juga mereka yang tak bisa merelakan sesuatu, ia akan dihantui dengan ego dan keterikatan dengan apa yang dicintainya di dunia.

Well, terlepas dari itu semua, penggemar memiliki beberapa teori liar berkenaan dengan film ini.

  • Keluarga Crain adalah keluarga yang memiliki penyakit mental, seperti skizofrenia dan bipolar. Dengan kata lain, seharusnya sejak awal tidak ada hantu dalam film ini, melainkan hanya delusi dari Crain dan anak-anaknya.
  • Kisah dari Hill House yang rumit mungkin hanya ada di benak Steve (Steven Crain) yang berprofesi sebagai penulis novel horor. Artinya, sejak awal kita melihat kisah di serial ini sebagai manifestasi dari ide Steve sendiri.
  • Semua keluarga Crain sebetulnya sudah meninggal di dalam Hill House, tapi mereka tidak menyadarinya dan bahkan menciptakan ilusi baru berupa kehidupan palsu di alam pikiran mereka.
  • Hill House sebetulnya tidak ada. Bangunan megah itu hanyalah simbol depresi dan keterpurukan mental yang tengah dihadapi semua keluarga Crain. Hantu dalam rumah itu pun hanyalah buah yang muncul dari titik terendah depresi yang mereka alami.

Nah, coba kamu tonton film seri ini sampai selesai. Mungkin kamu bakal memiliki teori liar yang muncul dalam benakmu. Hati-hati, perbedaan antara delusi dan kenyataan sangatlah tipis dalam film ini. Jadi, tetaplah berpikiran sehat ketika kamu menikmati film arahan Mike Flanagan ini.

Baca Juga: 5 Konsep Sains yang Didapat dari Film Interstellar, Akurat atau Tidak?

3. Shutter Island

Shutter Island menjadi salah satu film yang mengundang kita untuk berpikir keras. (dok. Phoenix Pictures/Shutter Island)

Tema psikologis masih mampu memancing rasa penasaran penonton dan membuat mereka merilis segala macam teori liar. Salah satu judul film yang sukses melakukannya adalah Shutter Island. Karya sinema yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio ini akan memancing kita untuk berpikir:

  • Edward "Teddy" Daniels merupakan pasien di rumah sakit jiwa yang tidak bisa disembuhkan sehingga ia harus mengalami praktik lobotomi.
  • Edward Daniels betul-betul seorang detektif yang dijebak oleh pihak rumah sakit untuk mengonsumsi obat yang membuatnya mengalami delusi.
  • Edward Daniels memang betul menjadi pasien di rumah sakit jiwa, tapi sebenarnya sudah sembuh. Ia hanya berpura-pura delusi supaya bisa mati sebagai manusia yang baik, alih-alih tetap hidup untuk menanggung kesalahan masa lalu.
  • Edward Daniels sebetulnya tidak pernah mengalami sakit jiwa. Ia sengaja mengarang semuanya agar bisa dimasukkan ke RSJ dan pada akhirnya ia mati dengan cara terhormat (tidak bunuh diri) untuk menebus semua kesalahannya pada masa lalu.

Tentu saja semuanya masih samar dan bias mengingat film ini memang ditujukan bagi penonton yang gemar berpikir keras ketika menonton. Kalau penasaran dan memang belum pernah menontonnya, kamu bisa menikmati karya buatan Phoenix Pictures ini ketika akhir pekan.

4. Interstellar

Sebagai film sains terbaik, Interstellar tentu sanggup membuat penonton ikut berpikir ketika menontonnya. (dok. Legendary Pictures/Interstellar)

Christopher Nolan sudah tidak diragukan lagi karena dinilai berhasil dalam membuat film berkualitas, seperti Memento, Insomnia, The Dark Knight Trilogy, dan Inception. Nah, pada 2014, ia sukses merilis Interstellar sebagai film fiksi ilmiah yang tentunya sangat berbobot, baik secara durasi sampai materinya.

Namun, kalau pernah menonton Interstellar sampai habis, mungkin kamu akan berspekulasi layaknya penggemar yang lain. Beberapa teori liar yang pernah dilontarkan oleh penonton:

  • Joseph Cooper sebetulnya sudah meninggal ketika memasuki lubang hitam atau black hole. Apa yang kita tonton pada adegan-adegan setelahnya adalah alam pikiran Cooper yang tengah sekarat menjelang kematiannya.
  • Cooper dan timnya sebetulnya tidak pernah berangkat ke luar angkasa. Itu semua hanyalah halusinasi dari Profesor Brand yang sangat berambisi menyelamatkan Bumi. Namun, ada banyak penggemar yang tidak setuju dengan anggapan aneh ini.

Nah, sebetulnya sang sutradara ingin mengembalikan itu semua pada penonton. Tak peduli apakah Cooper betul-betul selamat atau tidak, kisah sepanjang 169 menit tersebut akan berujung pada pengorbanan manusia untuk orang yang mereka cintai. Dalam hal ini adalah cinta Cooper terhadap anaknya, bahkan terhadap Amelia, putri dari Profesor Brand.

5. Stand by Me Doraemon

Stand by Me Doraemon adalah film animasi yang dibuat berdasarkan serial TV Doraemon yang legendaris. (dok. Fujiko Movie Studio/Stand by Me Doraemon)

Kali ini, ada film anak-anak berjudul Stand by Me Doraemon yang sudah sukses mengaduk perasaan nostalgia penggemar Doraemon. Secara umum, film ini masih sama dan lekat dengan kisah pada serial TV-nya. Ya, narasi tetap akan berkutat pada kisah Nobita dan sahabat setianya yang bernama Doraemon.

Namun, tahukah kamu bahwa ada beberapa teori liar di luar sana yang dibuat oleh penggemar sebagai "pelengkap" dalam semesta Doraemon? Teori dan spekulasi paling terkenal:

  • Doraemon bukan dikirimkan oleh cucu Nobita yang bernama Sewashi, melainkan oleh Nobita sendiri dari masa depan. Yup, pada masa depan, Nobita bakal menjadi profesor cerdas yang mampu membuat robot organik. Ia juga menyamarkan alur waktu agar terlihat seolah Sewashi yang mengirimkan robot kucing tersebut.
  • Doraemon itu tidak ada. Ia hanyalah khayalan dan imajinasi dari Nobita yang sedang mengalami sakit parah dan tidak bisa terbangun dari tempat tidurnya.
  • Pada dasarnya, Nobita adalah anak kecil yang mengidap skizofrenia dan memutuskan bunuh diri pada usianya yang ke-16. Jadi, untuk menemani masa kecilnya, Nobita menciptakan delusi berupa sahabat robot yang mampu menemaninya hingga ia memutuskan mengakhiri hidupnya.

Tentu saja penggemar akan menyukai teori pertama, yakni kenyataan bahwa Doraemon merupakan robot masa depan yang dikirimkan oleh Profesor Nobita. Namun, jika memang teori tentang penyakit mental Nobita yang benar, apakah kamu bisa menerimanya? Yang jelas, tak usah diambil pusing karena itu semua hanyalah film dan serial fiksi belaka.

 

Baca Juga: 17 Naga Terkuat dalam House of the Dragon, Prekuel Game of Thrones

Verified Writer

Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya