TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Film Terbaik Haifaa Al-Mansour, Sutradara Feminis asal Arab Saudi 

Wadjda adalah karyanya yang paling tersohor

The Perfect Candidate (dok. Toronto International Film Festival/The Perfect Candidate)

Sedang berburu film feminis dari Timur Tengah? Wadjda (2012) bakal jadi film pertama yang muncul dalam daftar rekomendasi. Film ini sering dianggap salah satu biggest snub Oscar alias film dengan kualitas superior yang gagal rebut nominasi satu pun di ajang bergengsi tersebut. 

Ada satu nama menarik saat kamu mengulik film Wadjda, yakni sosok sutradaranya yang bernama Haifaa Al-Mansour. Ia merupakan sineas perempuan Arab Saudi yang konsisten angkat isu kesetaraan gender dalam karyanya. Berikut empat film terbaik yang pernah ia buat. 

Baca Juga: 5 Perbedaan Drama vs Manga Parasyte: The Grey Menurut Sang Sutradara

1. Wadjda (2012)

film Wadjda (dok. Razor Film Produktion/Wadjda)

Untuk mengenal Haifaa Al-Mansour amat disarankan untuk memulainya dengan nonton Wadjda. Bukan hanya debut, ini adalah film terbaiknya sejauh ini. Film coming-of-age ini mengekor sudut pandang seorang bocah perempuan yang ingin bisa naik sepeda untuk pulang pergi ke sekolah.

Namun aturan ketat di Arab Saudi melarang semua perempuan melakukannya. Di sisi lain, pernikahan orangtuanya pun di ujung tanduk setelah ayahnya berencana melakukan poligami karena sang ibu tak kunjung melahirkan anak laki-laki. Wadjda diklaim sebagai film pertama yang proses syutingnya secara keseluruhan dilakukan di Arab Saudi. 

2. The Perfect Candidate (2019)

The Perfect Candidate (dok. Modern Films/The Perfect Candidate)

Masih membahas batasan dan diskriminasi berlebihan terhadap perempuan, dalam The Perfect Candidate Al-Mansour akan membawamu mengikuti kehidupan seorang dokter perempuan bernama Maryam (Mila Alzahrani). Setelah bekerja beberapa tahun, ia sadar betapa banyaknya restriksi yang menghambat karier dan gerak-geriknya. Terlepas dari keluarganya yang suportif, Maryam harus menghadapi berbagai ketidaknyamanan.

Mulai dari ditolak pasien laki-laki yang tak mau dirawat olehnya hanya karena status gender. Sampai puncaknya, ia gagal pergi ke konferensi tak punya wali pria yang bisa menjaminnya bepergian ke luar kota hari itu. Jenuh dengan ketidakadilan itu, Maryam pun nekat mengajukan diri dalam pemilihan legislatif di kotanya. 

Baca Juga: 6 Film Horor Karya Bobby Prasetyo, Sutradara Film Kiblat

3. Mary Shelley (2017)

Mary Shelley (dok. IFC Films/Mary Shelley)

Mary Shelley adalah film kedua Haifaa Al-Mansour yang cukup beda dengan dua film sebelumnya. Ia diangkat dari kisah nyata seorang penulis perempuan di Inggris yang karena regulasi saat itu, harus mempublikasikan karya fenomenalnya berjudul Frankenstein atas nama sang suami. Butuh beberapa tahun sampai akhirnya Mary Shelley bisa menerbitkan buku itu dengan namanya sendiri. Meski tidak berlatar Arab Saudi, film ini tetap menguarkan isu kesetaraan gender yang jadi spesialisasi Al-Mansour. 

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya