TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Film yang Menggambarkan Rasanya Tinggal di Negara Otoriter

Sebuah bahan renungan yang penting

film Marighella (dok. O2 Filmes/Marighella)

Kurang lebih 25 tahun lalu, Indonesia berhasil lepas dari cengkeraman pemimpin diktator dan mendeklarasikan diri sebagai negara demokratis. Meski tak sepenuhnya bebas alias masih masuk kategori demokrasi parsial, ada banyak keuntungan dan privilese yang kita bisa rasakan dan manfaatkan.

Sebagai pengingat agar terus mengapresiasi privilese dan manfaat demokrasi serta mempertahankannya, coba tengok beberapa film yang menggambarkan kehidupan di bawah rezim otoriter berikut. Tak sedikit yang berdasarkan peristiwa nyata. 

1. Marighella (2019)

Marighella (dok. O2 Filmes/Marighella)

Film Marighella karya Wagner Moura terinspirasi dari hidup seorang aktivis sayap kiri bernama Carlos Marighella yang diculik dan disiksa oleh rezim militer Brasil pada 1960-an. Rezim militer sendiri berkuasa selama kurang lebih 2 dekade dari 1960—1980-an di negara Amerika Selatan tersebut. Marighella hanya satu dari ribuan orang yang jadi korban persekusi tanpa peradilan resmi terlebih dahulu.

Ada beberapa perubahan yang dibuat Moura soal Marighella. Etnisnya dalam film dibuat murni kulit hitam dan diperankan musisi sekaligus aktor Seu Jorge. Seyogyanya, Marighella lahir dari pernikahan campur antara ayah keturunan Italia dan ibu berlatar belakang Afrika.

2. Sambizanga (1972)

Sambizanga (dok. Criterion/Sambizanga)

Baru saja dirilis ulang setelah proses restorasi, Sambizanga adalah sebuah karya sinematik penting dari Angola. Judulnya diambil dari nama sebuah pemukiman yang dekat dengan penjara kolonial Portugis di negeri itu. Lakonnya seorang perempuan yang harus menyaksikan sendiri suaminya diambil paksa dari rumah karena dicurigai terlibat dengan kelompok pemberontak kemerdekaan Angola. Film kemudian mengikuti perjalanan sang lakon mencari keberadaan sang suami tanpa tahu kalau belahan jiwanya itu telah meninggal di tahanan. 

3. Timbuktu (2014)

Timbuktu (dok. Les Films du Worso/Timbuktu)

Timbuktu adalah salah satu representasi akurat Afrika di industri film. Ia berlatarkan sebuah wilayah di Mali yang jatuh ke tangan kelompok ekstremis Islam. Mereka memaksa semua warga untuk menjalankan hukum syariat ketat yang kadang tak masuk akal. Parahnya, para pemangku kebijakan dan aparat yang mewajibkan regulasi itu justru sering melanggarnya sendiri. Ini sebuah film yang mendemonstrasikan penyalahgunaan kekuasaan oleh rezim otoriter. Siapa yang tak geregetan menontonnya?

Baca Juga: 7 Film dengan Teknik Pengambilan Gambar Paling Inovatif

4. Istirahatlah Kata-Kata (2016)

Istirahatlah Kata-Kata (dok. Festival des 3 Continents/Solo, Solitude)

Datang dari negeri sendiri, Istirahatlah Kata-Kata atau dikenal pula dengan judul Solo, Solitude adalah reka ulang kehidupan aktivis dan sastrawan Wiji Thukul. Dikenal kritis pada rezim otoriter Soeharto, ia terpaksa mengasingkan diri untuk menghindari persekusi. Film tak hanya fokus pada Thukul, tetapi juga orang-orang terdekatnya, termasuk istri dan putrinya. Ini menjadi sebuah film yang penting untuk direnungkan makna dan kisahnya. 

5. Dear Comrades! (2020)

Dear Comrades! (dok. Neon/Dear Comrades)

Dear Comrades! adalah submisi Rusia untuk Oscar 2021 yang berhasil masuk shortlist. Filmnya berlatarkan Kota Novocherkassk pada 1960-an, saat Uni Soviet masih berada di bawah kendali Partai Komunis. Film ditulis dari perspektif Lyudmila, perempuan paruh baya yang bekerja untuk partai berkuasa dan harus menyaksikan sendiri bagaimana rezim merespons aksi protes dengan kekerasan.

Di tengah situasi yang tidak kondusif itu, putri Lyudmila tidak diketahui keberadaannya dan dicurigai KGB (badan intelijen setempat) terlibat sebagai peserta demonstrasi. Dear Comrades! dibuat berdasarkan peristiwa nyata yang dikenang dengan nama pembunuhan massal Novocherkassk. Peristiwa itu ditutupi pemerintah, bahkan korbannya dikubur tanpa nama di beberapa desa terpisah. Hingga akhirnya, ini terbongkar dan resmi diakui oleh otoritas Rusia pada 1992. 

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya