TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta Analog Horror, Manfaatkan Nostalgia untuk Menebar Teror

Menjadikan nostalgia sebagai mimpi terburuk penontonnya

Skinamarink (dok. IFC Midnight/Skinamarink)

Jika dibandingkan genre film lainnya, horor memiliki subgenre terbilang banyak dan bervariatif. Mulai dari psychological horror yang menjadi langganan memuncaki box office di bioskop hingga arthouse horror yang janggal dan eksperimental. Semuanya memiliki tujuan yang sama, yakni untuk menakuti penontonnya.

Salah satu subgenre horor yang cukup underrated, tetapi efektif dalam urusan membuat penontonnya kesulitan untuk tidur dengan nyenyak, adalah analog horror. Sesuai namanya, analog horror menjadikan nostalgia sebagai senjata utama untuk menjejali pengalaman mengerikan lewat lensa kamera jadul. 

Lantas, apa yang membuat analog horror tampil menonjol dari subgenre horor lainnya? Bagaimana subgenre horor satu ini menggunakan elemen dari masa lalu untuk membangkitkan rasa takut? Fakta analog horror dalam subgenre film horor ini jawabannya!

Baca Juga: Mengenal Subgenre Film Action, Gak Cuma Pamer Perkelahian!

1. Apa itu analog horror?

V/H/S/2 (dok. Bloody Disgusting/V/H/S/2)

Analog horror adalah subgenre horor yang memanfaatkan gaya serta ciri khas dari teknologi lawas, seperti VHS dan kaset rekaman. Mengawinkan kualitas rekaman yang kasar dan audio yang lusuh dengan gaya narasi ambigu serta multitafsir, analog horror melahirkan tontonan segar yang meresahkan.

Analog horror identik dengan film pendek yang dibuat secara amatir dan dirilis di internet. Tidak sedikit juga video gim dan film panjang menggunakan subgenre ini sebagai pondasi utama mereka. Digarap dalam format yang tidak biasa, seperti iklan produk dan iklan layanan masyarakat, analog horror memelintir hal yang terasa familiar menjadi sesuatu yang aneh, menakutkan, dan tidak manusiawi.

2. Asal-usul analog horror

The Blair Witch (dok. Haxan Films/The Blair Witch)

Sejarah analog horror dapat ditelusuri pada naiknya popularitas subgenre found footage lewat The Blair Witch Project pada 1999. Found footage memiliki dampak besar pada perkembangan analog horror, khususnya membentuk elemen, narasi, serta gaya dari subgenre film horor tersebut.

Analog horror terinspirasi dari nilai estetika dan teknik pengambilan gambar dari found footage. Jika dalam found footage direkam dari sudut pandang orang pertama dengan menggabungkan adegan lain yang direkam menggunakan kamera beragam yang mana kualitas gambar serta audionya bervariasi, analog horror justru sangat bergantung pada rekaman berkualitas rendah yang khas karena direkam oleh kamera lawas.

Analog horror juga dikenal tidak memiliki tokoh protagonis, villain, atau karakter lainnya yang dapat diandalkan, sehingga bergantung pada elemen di dalam layar sebagai narasinya sendiri. Hal tersebut bertujuan memunculkan kembali kenangan penontonnya.

Dari sanalah analog horror menggunakan sesuatu yang familiar untuk menimbulkan rasa takut. Mengaburkan garis tipis antara fiksi dan realita melalui nostalgia dengan atmosfer yang kental akan kegelisahan serta ketakutan yang jauh lebih intens dari yang ditawarkan dalam film found footage.

Baca Juga: Mengenal 10 Subgenre dalam Film Komedi, Gak Sekadar Haha Hihi!

3. Karakteristik analog horror

V/H/S/94 (dok. Bloody Disgusting/V/H/S/94)
  • Grainy visuals

Analog horror identik dengan teknologi lawas dan video amatir berkualitas rendah. Hasil rekaman yang shaky, film grain, atau tekstur berupa flek random di layar, serta menurunkan resolusi gambar kerap kali digunakan untuk menghadirkan kesan jadul. Visual ala kadarnya mampu menciptakan rasa tidak nyaman sekaligus nostalgia di waktu yang bersamaan.

  • Distorted sounds

Suara berperan penting membangun ketegangan dan rasa takut. Untuk memaksimalkan atmosfer mencekam, dibutuhkan penggunaan efek suara seperti dengung statis dan suara yang terdistorsi. Efek suara yang kabur dan tidak stabil dalam analog horror ampuh dalam memanipulasi emosi penontonnya.

  • Static and interference

Perasaan gusar dapat dihasilkan melalui statis dan interferensi. Gangguan yang ditampilkan secara visual maupun audio ini ampuh membuat penontonnya merasa cemas dan gelisah, seolah-olah dipaksa untuk melihat sesuatu yang terkutuk.

  • Fragmented narrative

Menghadirkan struktur narasi yang urakan dan ambigu, analog horror memaksa penonton mengurai dan menyimpulkan sendiri alur dari film tersebut. Gaya pendekatan satu ini tidak hanya kental akan misteri, tapi juga memaksa penontonnya terlibat langsung di dalamnya, sehingga memberikan pengalaman menonton yang menegangkan.

Baca Juga: 8 Rekomendasi Film Horor Mirip Pearl, Pendalaman Karakter Psikopat!

Verified Writer

Febby Arshani

Akwoakwoakwoak

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya