TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IWF 2020: 5 Tips Fajar Nugros Bikin Film dari Budaya Lokal

Calon sutradara dan penulis naskah wajib tahu! #IWF2020

Fajar Nugros dalam Indonesia Writer Festival (24/9/2020). YouTube.com/IDN Times

Fajar Nugros merupakan seorang director dan penulis naskah Indonesia yang sukses dengan salah satu filmnya Yowis Ben. Menembus lebih dari 1 juta penonton, Yowis Ben menjadi salah satu bukti film dengan kearifan lokal sangat diminati masyarakat.

Namun, gimana sih rahasianya membuat film kearifan lokal yang bisa dinikmati banyak orang? Nah, dalam Indonesia Writers Festival 2020 (24/9/2020) yang diselenggarakan oleh IDN Times, Fajar Nugros berbagi tipsnya, nih. Simak 5 tips di bawah ini untuk bisa bikin film yang mengangkat budaya lokal!

1. Pilih karakter yang Indonesia banget

instagram,com/fajarnugrs

Poin penting dalam membuat film adalah fokus pada konten cerita yang akan dibuat. Ketika kontennya dekat dengan apa yang ingin disampaikan, maka karakter yang diciptakan bisa lebih hidup.

Dalam hal ini Fajar memberi contoh dengan karakter dalam film Yowis Ben. Bayu (Bayu Skak), digambarkan sebagai orang Jawa Islam moderat, Doni (Joshua Suherman) menggambarkan orang Jawa beragama Katolik, Nando (Brandon Salim) merupakan orang Tionghoa yang suka mentraktir, dan Yayan (Tutus Thomson) digambarkan sebagai pemeluk agama Islam yang lebih konservatif. 

Nah, potret keempat tokoh inilah yang menjadi gambaran Indonesia secara keseluruhan. Fajar mengatakan, hal ini yang seharusnya dikembangkan agar film dengan budaya lokal bisa diterima banyak orang karena memiliki kedekatan.

Baca Juga: IWF 2020: Hits di Kalangan Gen Z, 5 Hal Penting Menulis Menurut Tsana

2. Masukkan masalah yang relate dengan banyak orang

instagram.com/fajarnugrs

Fajar menyarankan untuk memasukkan masalah yang sesuai dengan karakter tokoh dan pastinya relate dengan kehidupan masyarakat. Misalnya, memasukkan konflik persaingan antar kelas sosial anak SMA.

Dalam hal ini, kamu bisa membuat konflik antara anak SMA yang 'biasa saja' dan tim basket yang punya paras rupawan, jago olahraga, dan memiliki pacar menawan. Dengan begitu, film yang dibuat akan semakin dekat dengan penonton dan bisa lebih dinikmati.

3. Indonesia punya banyak kisah yang bisa dijadikan genre horror dan drama

instagram.com/fajarnugrs

Menurut Fajar, genre film apa pun sebenarnya bisa dimasukkan unsur kearifan lokal. Bahkan film horor Indonesia sebenarnya merupakan kearifan lokal, lho. Hal ini karena kisah hantu di Indonesia unik dan gak dimiliki di negara lain.

Selain itu, genre drama Indonesia juga gak kalah kaya, nih. Mengangkat tema kasih tak sampai, Indonesia punya cerita Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang. Indonesia juga punya cerita rakyat Tangkuban Perahu yang mengangkat kisa ibu dan anak. Masih banyak kisah kearifan lokal lainnya yang bisa diangkat menjadi film. Budaya Indonesia kaya banget!

4. Angkat kearifan lokal dengan genre fantasi atau sci-fi? Sah-sah saja

instagram.com/fajarnugrs

Selama pesan dari kearifan lokalnya tersampaikan, maka sah saja jika kamu ingin membuat genre fantasi atau sci-fi. Fajar memberi contoh melalui film Wall-E yang mengangkat kisah cinta yang beda kelas. Film ini menyampaikan pesannya melalui animasi sci-fi yang digambarkan dengan robot kuno dan modern.

Selain itu, film Finding Dory juga menyampaikan kisah ayah dan anak melalui animasi yang digambarkan dengan ikan. Jadi, hal ini sangat mungkin dilakukan, justru menjadi keunikan karena memiliki cara pandang yang berbeda.

Baca Juga: IWF 2020: 5 Tips Jitu Nulis Novel Bermakna ala Wisnu dan Brilliant Yo

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya