TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[REVIEW] Platinum End—Mahakarya Berikutnya dari Mangaka Death Note

Salah satu anime yang sayang dilewatkan, nih!

Platinum End (dok. Studio Signal.MD/Platinum End)

Platinum End tampaknya menjadi anime yang cukup diantisipasi oleh para penggemar anime pada Oktober 2021 lalu. Bukannya tanpa alasan, anime ini diadaptasi dari manga berjudul serupa yang dibuat oleh Takeshi Obata dan Tsugumi Ohba. Sekadar informasi, duo mangaka ini juga dikenal karena menciptakan Death Note yang begitu populer di kalangan penggemar manga dan anime.

Hampir mirip dengan konsep Death Note, Platinum End juga punya alur cerita saat manusia dapat memegang kendali atas kekuatan yang diberikan oleh dewa. Bedanya, jika di anime Death Note manusia diberikan kekuatan berupa buku kematian oleh Shinigami, pada anime Platinum End, manusia terpilih akan mendapatkan kekuatan sayap dan panah dari malaikat. Penasaran dengan anime ini? Yuk, kita simak review Platinum End di bawah!

1. Para kandidat dewa mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup

Nasse menyelamatkan Mirai yang ingin bunuh diri. (dok. Studio Signal.MD/Platinum End)

Anime Platinum End berfokus pada seorang anak laki-laki bernama Mirai Kakehashi yang kehilangan semangat hidupnya. Setelah keluarganya meninggal, Mirai dirawat oleh keluarga pamannya. Kendati masih keluarga sendiri, paman dan bibinya selalu menghina dan menyiksanya. Hal ini membuatnya muak dan memutuskan untuk bunuh diri.

Di luar dugaan, Mirai diselamatkan oleh Nasse, seorang malaikat yang memiliki misi untuk memilih kandidat dewa. Nasse pun menawarkan Mirai untuk menjadi kandidat dewa. Dengan memberikannya panah merah untuk mempengaruhi perasaan manusia, panah putih untuk mengakhiri kehidupan manusia, dan sayap untuk terbang, Nasse menjanjikan kebahagiaan untuk Mirai.

Berkat adanya Nasse, Mirai mengetahui bahwa dalang di balik terbunuhnya keluarganya tak lain adalah ulah dari paman dan bibinya. Meski awalnya ragu-ragu, Mirai pun menggunakan panahnya untuk memaksa sang bibi bunuh diri. 

Setelah sumber penderitaannya lenyap, Mirai dihadapkan dengan masalah yang baru. Dengan menerima panah dan sayap dari Nasse, Mirai menjadi salah satu dari tiga belas kandidat dewa yang harus bersaing untuk menjadi dewa selanjutnya. Kendati Mirai tak begitu ingin menjadi dewa, ia harus bertahan dari aksi saling bunuh yang dilakukan oleh kandidat dewa lainnya. 

Dari segi alur cerita, penulis terkesan karena alur cerita dari Platinum End memang cukup kompleks dan sulit untuk ditebak. Setiap episodenya selalu ada misteri dan tanda tanya lainnya bagi penonton. Ketegangan dari persaingan para kandidat dewa juga menjadi daya tarik anime ini. 

Namun, satu poin minus bagi penulis adalah adanya plot twist besar yang diselipkan pada pertengahan cerita. Menurut penulis, plot twist yang membuat salah satu karakter berbahaya dalam anime ini absen membuat alur cerita jadi sedikit hampa, seolah tidak akan ada lagi ketegangan yang bisa diciptakan dari cerita yang tersisa. 

Baca Juga: [REVIEW] Jujutsu Kaisen 0—Ketika Cinta Berubah Menjadi Kutukan

2. Karakter utama yang pasif, tetapi harus bertahan dari proses pemilihan dewa

Mirai Kakehashi (dok. Studio Signal.MD/Platinum End)

Mirai Kakehashi menjalani kehidupannya dengan siksaan dan hinaan dari keluarga pamannya. Ia pun kehilangan kebahagiaan yang ia dambakan segera setelah orang tuanya meninggal. Beruntungnya, Nasse memberikan harapan baginya untuk mengikuti proses pemilihan dewa dan mendapatkan kebahagiaan. 

Di sisi lain, Mirai memiliki sifat yang cukup pasif selama anime ini berlangsung. Ia memiliki keraguan untuk membunuh dan masih bimbang dalam mengambil keputusan meskipun taruhannya adalah nyawanya dan nyawa orang lain. 

Beruntungnya, karakter Mirai juga menunjukkan perkembangan seiring berjalannya cerita. Setelah pertemuannya kembali dengan Saki Hanakago yang pernah ia sukai dan kebetulan menjadi kandidat dewa juga, Mirai bertekad untuk melindunginya. Mereka juga berhadapan dengan ancaman seorang kandidat dewa bernama Metropoliman yang tak ragu untuk membunuh para kandidat dewa lainnya demi mewujudkan keinginannya.

3. Animasi menarik oleh Studio Signal.MD

Metropoliman (dok. Studio Signal.MD/Platinum End)

Anime Platinum End digarap dengan sangat baik oleh Studio Signal.MD. Animasi yang dihadirkan dibuat dengan mulus meskipun kadang efek CGI digunakan untuk adegan yang rumit. Desain karakter dalam anime ini juga dibuat cukup apik dengan ekspresi wajah yang lebih variatif dari anime kebanyakan. 

Studio Signal.MD tak hanya piawai dalam menggarap anime Platinum End, lho. Sebelumnya, studio yang telah berdiri sejak 2014 ini juga menggarap beberapa anime, seperti Mars Red, Birthday Wonderland, Colorful Ninja Iromaki, Word Bubble Up Like Soda Pop, hingga Napping Princess.

4. Lagu opening dan ending dinyanyikan oleh BAND-MAID, Yuu Miyashita, dan Kuhaku Gokko

Bisa dibilang, BAND-MAID menyuguhkan lagu opening yang asyik untuk anime ini. Dengan lagu berjudul "Sense", lagu ini dibuka dengan intro layaknya orkestra kemudian disambung dengan musik rock yang ear-catching. Seolah belum cukup, lagu ending pertama berjudul "Kōfuku-Ron" dari Yuu Miyashita juga ditampilkan dengan beat yang bersemangat meskipun biasanya lagu penutup anime dibuat dengan nada yang kalem. Sementara itu, lagu ending kedua dari anime ini dinyanyikan oleh Kuhaku Gokko dengan "Last Straw". Beda dengan dua lagu lainnya, lagu ini terasa lebih menenangkan.

Selain lagu pembuka dan penutup yang turut memberikan warna tersendiri bagi anime ini, sound effect yang dihadirkan dalam anime ini juga dibuat sangat apik dan mendukung suasana cerita. Gak heran, nih, pertarungan dalam anime ini jadi tambah menegangkan berkat musik yang pas untuk mengiringi.

Baca Juga: [REVIEW] Ranking of Kings—Kisah Pangeran Difabel yang Diremehkan

Verified Writer

Trisnaynt

(~ ̄³ ̄)~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya