Gak Banyak yang Tahu, 5 Cerita Iqbaal Ramadhan Jadi Korban Bullying

2. Iqbaal juga di-bully saat menjadi anggota Coboy Junior

Gak cuma saat masih SD, Iqbaal juga menceritakan apa yang dirasakannya saat menjadi anggota Coboy Junior. Sebagai grup remaja, Iqbaal menyebut, banyak orang yang menyerang mereka kala itu.

"SMP, SMA, saya masuk Coboy Junior. Itu juga banyak cacian, bully-an dari orang yang gak suka dengan kami, musik kami, karena merasa kami meracuni generasi muda waktu itu karena kami menyanyi lagu dengan tema cinta-cintaaan. Padahal apa yang kami sampaikan adalah apa yang anak atau remaja rasakan saat itu. Cinta monyet, suka-sukaan pada pasangan. Tapi you cant make everybody happy in your life," tambahnya.

3. Pandemik bikin risiko terpapar cyber bullying meningkat dan itu bukan hal sepele

Masa pandemik ini pun menurut Iqbaal, meningkatkan risiko bullying di internet yang biasa disebut sebagai cyber bullying. Karena masa karantina, banyak orang menghabiskan waktu di dunia maya, melihat kehidupan orang lain yang membuat mereka punya keinginan untuk mengomentari hidup orang tersebut.

"Cyber bullying ini adalah ketika kita menggunakan teknologi untuk melecehkan, mengancam, atau menargetkan orang lain. Dan ketika ada orang dewasa yang terlibat di pelecahan secara online ini bisa disebut sebagai cyber harrasment, dan bisa ditindak tegas bahkan sampai hukuman penjara. Jadi ini real deal bukan cuma sekadar julid mengomentari orang lain, tapi juga bagaimana kamu bisa masuk penjara jika kamu dianggap sudah dewasa dan melakukan cyber harrasment," seru Iqbaal kemudian.

4. Bahayanya, banyak yang gak sadar kalau melakukan bullying

Yang menjadi kekhawatiran Iqbaal Ramadhan adalah seseorang sering tidak sadar jika dia melakukan bullying. Sering kali komentar fisik, seperti gemukan, kurusan, iteman, jerawatan, dianggap normal, padahal itu termasuk sesuatu yang tak perlu dikomentari.

Tak hanya itu, Iqbaal juga mengkritisi orang-orang yang sampai menciptakan akun palsu untuk menyerang orang lain di dunia maya. Mereka merasa aman karena bisa menyembunyikan identitas aslinya di internet. Padahal, di dunia nyata, mereka mungkin tak akan pernah mengatakan hal-hal mengerikan itu secara langsung.

"Ini memalukan. Problemnya memang kita jadi gak punya identity di medsos. Lu bisa jadi gue, gue bisa jadi lu di medsos tanpa orang lain harus tahu. Itu sudah pernah terjadi. Ada kasusnya orang berpura-pura menjadi saya dan meminta donasi. Sampai akhirnya terungkap dan kami tindak lanjuti dengan tegas. Ini rasanya lumrah sekali, jadi sesuatu yang dinormalisasi. 'Ah kalau gue mau ngatain seseorang, gue pake fake account.' Ini menjadi normal dan it's really really dangerous," serunya.