Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Apakah Film Pelangi di Mars Animasi Ini Kata Sutradara dan Produser.jpg
Konferensi pers "Pelangi di Mars" di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Senin (25/11/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Intinya sih...

  • Upie Guava jelaskan Pelangi di Mars hibrida antara live action dan animasi

  • Dendi Reynando jelaskan pembuatan film Pelangi di Mars hampir rampung

  • Dendi berharap Pelangi di Mars jadi IP yang besar di Indonesia

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Di tengah ramainya film drama dan horor, Pelangi di Mars hadir sebagai angin segar bagi penonton. Film produksi Mahakarya Pictures ini menjadi salah satu proyek paling ambisius yang tayang tahun ini, menawarkan petualangan fantasi yang sarat teknologi dan penuh pesan positif. Disutradarai Upie Guava, Pelangi di Mars menggabungkan konsep petualangan keluarga dengan pendekatan produksi hybrid.

Ceritanya mengikuti Pelangi (Messi Gusti), manusia pertama yang lahir di Mars dan dibesarkan oleh robot-robot cerdas. Ia menjalani misi besar menemukan mineral ajaib demi menyelamatkan bumi. Namun muncul pertanyaan besar di benak kita, apakah film ini animasi atau live action?

1. Upie Guava jelaskan Pelangi di Mars hibrida antara live action dan animasi

Upie Guava di konferensi pers "Pelangi di Mars" di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Senin (25/11/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Upie Guava menegaskan bahwa Pelangi di Mars bukan sepenuhnya animasi, melainkan film hybrid yang menggabungkan berbagai teknik pembuatan film modern.

"Hybrid, ya, artinya film ini menggunakan beragam aspek teknis filmmaking. Di situ ada live action shoot dengan metode yang normal. Ada namanya virtual production. Di sini ada animasi yang kami lakukan, juga menggunakan pipeline workflow yang berbeda mungkin dengan animasi pada umumnya." jelasnya saat konferensi pers di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Senin (25/11/2025).

Ia kemudian membandingkannya dengan proses pembuatan Avatar dari James Cameron. "Ada motion capture juga, sesuatu yang mungkin teman-teman tahu, film Avatar yang pakai body actor. Kami mencoba untuk adaptasi di sini," tambah Upie.

Menurut Upie, dalam satu adegan bisa terdapat banyak elemen sekaligus. Jadi, tak cuma animasi dan live action saja.

"Karena kalau kita breakdown proses apa yang terjadi, misalnya nih satu contoh dalam satu adegan itu bisa ada animasinya, bisa ada XR-nya, bisa ada green screen, bisa ada live action-nya dalam satu adegan," imbuhnya.

2. Dendi Reynando jelaskan pembuatan film Pelangi di Mars hampir rampung

Dendi Reynando di konferensi pers "Pelangi di Mars" di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Senin (25/11/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Menambahkan penjelasan sang sutradara, produser Dendi Reynando menegaskan bahwa proses produksi film ini mengombinasikan dua dunia secara seimbang.

"Yang kita ketahui saat ini kan ada animasi, ada live action. Jadi kalau untuk memproduksi Pelangi di Mars dengan teknologi yang dimiliki oleh DossGuaVA ini combine (digabungkan). Combine antara animasi sama live action," ujar Dendi.

Ia menekankan bahwa metode hybrid inilah yang menjadi "bungkus" utama film Pelangi di Mars.

"Tidak bisa dibilang dia 100 persen animasi, enggak bisa juga dibilang dia 100 persen live action. Nah, kemudian kan kalau kita balik ya itu bungkusnya ketika dijelaskan metodenya hybrid. Hybrid combine antara itu, gitu," tegasnya.

Kabar baiknya, proses pepmbuatan film ini juga hampir selesai. "Syukurnya Alhamdulillah film itu sudah hampir rampung, tinggal 10 persen lagi," kata Dendi.

3. Dendi berharap Pelangi di Mars jadi IP yang besar di Indonesia

Dendi Reynando di konferensi pers "Pelangi di Mars" di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Senin (25/11/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Dendi juga menyampaikan harapan besar bahwa Pelangi di Mars dapat berkembang menjadi intellectual property (IP) yang membanggakan Indonesia.

"Menurut kita bangsa yang besar juga mereka punya hero-nya. Jepang punya Doraemon, punya Ghibli. Orang-orang yang menonton itu sekarang mungkin yang jadi pemimpin-pemimpin baik di dunia industri atau pun di dunia politik. Begitu pun kayak Amerika punya Marvel, punya DC. Itu secara kultural IP mereka itu punya pengaruh yang besar terhadap bagaimana generasi tumbuh," jelasnya.

Ia bermimpi kalau karakter-karakter dalam Pelangi di Mars dapat menjadi inspirasi anak-anak Indonesia.

"Mimpi besar kita adalah kita pengen mudah-mudahan IP pelanggan ini bisa menjadi bagian dari bagaimana generasi berikutnya ada di Indonesia menjadikan film ini atau karakter-karakter yang ada di sini sebagai inspirasi baiknya mereka," tambahnya.

Dengan ekspansi ke berbagai lini merchandise dan platform digital, Pelangi di Mars jelas diarahkan menjadi IP yang bisa terus berkembang di masa depan.

"Makanya kita ada robot Batik, kita bikin statue-nya dan akan kita bawa kemana-mana. Terus ada Yoman, action figure yang kita juga udah bikin. Mungkin Desember kita udah bisa rilis. Kita juga mulai bikin coloring book buat anak-anak. Di Roblox kita juga udah launching tahap dua," kata Dendi.

Editorial Team