Chand Parwez di konferensi pers poster dan trailer film "Tukar Takdir" di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Rabu (10/9/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)
Menurut Parwez, Tukar Takdir adalah film pertama yang secara serius membahas kecelakaan pesawat di industri film Indonesia.
"Cerita pertama tentang kecelakaan pertama memang jadi satu cerita yang menarik. Namun, di sisi lain, proses produksinya juga jadi sangat panjang," ungkapnya saat ditemui di konferensi pers di kawasan Senayan, Jakarta.
Ide untuk mengangkat cerita ini sebenarnya sudah muncul sejak sebelum pandemik Covid-19. Kala itu, Parwez meminta Mouly Surya membaca novel Tukar Takdir karya Valiant Budi, dengan harapan ada satu cerita yang bisa digarap bersama.
Setelah diskusi panjang, mereka sepakat mengadaptasi kisah pertama dalam novel tersebut. Proses ini tidak mudah, karena mengangkat tema aviasi membutuhkan riset mendalam agar detail investigasinya bisa dipahami penonton.
"Ini adalah sebuah karya yang menurut saya ambisius," aku Parwez.
Ia menambahkan bahwa produksi film ini berlangsung panjang karena harus menampilkan kisah yang akurat dan menyentuh. Meski penuh tantangan, Parwez optimistis Tukar Takdir bisa menjadi film yang membuka ruang baru di perfilman nasional.