Negosiasi nyatanya tak berjalan lancar, Livi menolak berbagai daftar pertanyaan yang sudah kusiapkan sebelumnya. Livi awalnya, mengatakan bahwa dia tidak ingin membahas apa pun soal artikel di Geotimes karena "sudah mengeluarkan press release yang membahas jelas dan runtut tentang komentar-komentar yang diterimanya."
Tapi, sayangnya rilis yang cukup panjang itu sebagian besar membahas film Bali: Beats of Paradise miliknya bukan tanggapan rinci soal berita yang beredar. Ada juga keterangan tentang sejarah pendidikan dan prestasi apa saja yang telah didapatkannya, tapi tetap saja rilisan tersebut belum mampu menjawab dengan jelas detail pertanyaan yang muncul sekarang ini. Makanya kami ingin menanyakannya lebih lengkap lagi.
Perlu diketahui, Geotimes menerbitkan sejumlah artikel yang mencoba membongkar siapa Livi Zheng sebenarnya pada 14 hingga 18 Agustus lalu. Sayangnya, penulis artikel-artikel tersebut, Limawati Sudono, menggunakan foto profil Woodlawn Jane Doe yang bisa diambil bebas dari internet.
'Jane Doe' adalah nama yang sering disematkan untuk orang yang tidak diketahui atau sengaja disembunyikan identitasnya.
Livi berdiri dari tempat duduknya, menarik paksa clip-on yang sebelumnya sudah bersarang di kerah baju batik cokelat yang dikenakannya. “Saya gak mau wawancara soal ini, saya gak mau bahas apa pun soal kontroversi tersebut,” katanya sambil berjalan menjauh.
Aku hanya memandanginya sambil sesekali menatap daftar pertanyaan yang sudah siap diluncurkan di depan mata. Menarik napas, mencoba menyelaraskan frekuensi dengan situasi yang terjadi. Aku menjawab, “Saya butuh tahu apakah berita itu benar atau tidak. Mbak bisa sampaikan dari perspektif mbak di sini. Kalau ada yang mau dikurangi, bisa saya kurangi pertanyaannya tapi intinya saya tetap mau bahas itu,” kataku.
Livi ingin wawancara dihentikan bahkan sebelum kami memulai. Boro-boro bertanya soal artikel yang diterbitkan Geotimes, soal pernyataannya yang mengatakan berita itu ‘tidak akurat’ saja dia enggan menjawab rinci. Livi yang menjauh dan aku yang tak mau menyerah masih mencoba bertahan dalam negosiasi ini.
Aku mulai menyebutkan satu demi satu pertanyaanku mulai dari modal awal bikin film, hubungan Livi dengan pejabat-pejabat Indonesia, proses produksi film-film Livi sebelumnya, 32 kali penolakan sampai frasa "menembus Hollywood" pun Livi bersikukuh menolak dengan berkata, “Saya gak mau jawab, karena saya sudah bekerja sama dengan NU. Nanti biar NU yang jawab,” katanya.
"Nah loh berubah lagi alasannya," lirih hatiku.