5 Fakta Film Angkara Murka, Wakili Indonesia di FEFF 2025 Italia

Jakarta, IDN Times – Satu lagi kabar membanggakan datang dari dunia perfilman Indonesia. Film horor terbaru berjudul Angkara Murka diumumkan sebagai satu-satunya wakil Indonesia yang akan tayang di ajang Far East Film Festival (FEFF) 2025.
Disutradarai Eden Junjung dan diproduksi oleh Forka Films, Angkara Murka menyuguhkan perpaduan antara teror, isu lingkungan, dan potret perempuan tangguh dalam masyarakat marjinal. Sebelum rilis di Indonesia, yuk simak lima fakta menarik tentang film ini!
1. Tayang perdana di festifal film Italia

Angkara Murka akan melakukan world premiere di FEFF 2025, sebuah festival film prestisius di Udine, Italia, pada 30 April 2025. Tak hanya itu, film ini juga masuk nominasi untuk penghargaan White Mulberry Award for Best Debut Feature.
Pencapaian ini menjadi langkah awal yang menjanjikan untuk perjalanan film ini di panggung internasional. Angkara Murka memiliki potensi besar untuk menjangkau audiens global dan memperluas eksposur film horor Indonesia.
2. Debut film panjang Eden Junjung

Angkara Murka menandai debut penyutradaraan film panjang Eden Junjung. Sineas muda ini dikenal lewat film-film pendek seperti Happy Family, Bura, dan The Intrusion yang telah melanglang buana ke berbagai festival film internasional.
"Buat saya sudah waktunya bagi Eden. Untuk industrinya mungkin ini new talent. Tapi prosesnya tidak instan, ini produksinya matang, dibuat dengan proses yang matang," jelas Ifa saat konferensi pers di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (24/4/2025).
3. Film horor pertama Forka Films

Forka Films selama ini dikenal sebagai rumah produksi yang konsisten menghasilkan film-film berkualitas, seperti Siti, Yuni, The Seen and Unseen, hingga serial Gadis Kretek. Namun Angkara Murka adalah proyek horor pertama mereka.
"Angkara Murka merupakan langkah berani Forka Films ke ranah horor. Lewat film ini, kami menggabungkan teror, emosi, dan kritik sosial dalam satu pengalaman sinematik yang berbeda. Ceritanya dekat dengan realitas, tapi bicara dalam bahasa film yang bisa dinikmati siapa saja," kata Ifa.
4. Menggunakan bahasa Jawa di sepanjang film

Salah satu aspek paling unik dari Angkara Murka adalah penggunaan bahasa Jawa secara penuh dalam dialog filmnya. Raihaanun, yang memerankan Ambar, bahkan mengaku harus berlatih intens agar ucapannya terdengar natural dan meyakinkan.
"Ada proses reading, kami berulang omong skrip yang sudah kami pegang. Tapi untuk mematenkan skrip agar lebih fasih, meyakinkan karakternya, sebelum take itu kami ulang terus sampai terdengarnya seperti orang Jawa," ucap Raihaanun.
5. Turut singgung isu lingkungan

Meski bergenre horor, Angkara Murka tak melulu soal teror dan makhluk gaib. Film ini justru menjadikan horor sebagai medium untuk menyampaikan kritik terhadap isu sosial seperti eksploitasi alam dan ketidakadilan gender.
"Karakter Ambar ini, adalah satu-satunya karakter perempuan di film ini. Nanti akan diperlihatkan bagaimana dunia laki-laki yang kita gambarkan dan penuh ketidakadilan ini digerakkan dan dihajar oleh satu perempuan," tutur Ifa.