Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ghost World (dok. Criterion/Ghost World)
Ghost World (dok. Criterion/Ghost World)

Butuh sesuatu yang bisa bikin kamu mewek sampai lega? Beberapa film coming of age klasik ini bisa jadi jawabannya. Dibuat dengan jalan cerita dan akhir yang getir, mereka bisa jadi pengingat kalau hidup itu tak selamanya mulus dan gak semua rencanamu bisa berjalan sesuai harapan.

Cocok nih buat menyeimbangkan ambisimu yang kadang membumbung terlalu tinggi. Ditonton sepulang kerja sebagai orang dewasa, rasanya lebih nyesek dan mengena. Coba sendiri, deh.

1. Stand by Me (1986)

Stand by Me (dok. Columbia Pictures/Stand by Me)

Stand by Me disebut sebagai salah satu film yang menciptakan standar baru dalam genre coming of age. Diadaptasi dari novel The Body karya Stephen King, film ini memotret petualangan 4 sekawan mencari jenazah bocah hilang yang tak kunjung ditemukan polisi. Berbekal petunjuk dan bekal seadanya, perjalanan ini justru mengubah mereka selamanya. Pada momen-momen tertentu ketika dalam bahaya atau diliputi sunyinya hutan, trauma dan relasi mereka dengan keluarga masing-masing sesekali disingkap. Film ini digarap Rob Reiner yang juga mengerjakanWhen Harry Met Sally… (1989) dan Flipped (2010).

2. The Man in the Moon (1991)

The Man in the Moon (dok. MGM/The Man in the Moon)

The Man in the Moon berhasil mengekspos bakat akting Reese Whiterspoon muda. Di film coming of age yang meremukkan hati ini ia memerankan Dani, bocah 14 tahun yang naksir tetangga barunya, Court (Jason London). Pada saat bersamaan, Dani harus merasakan patah hati berat ketika tahu Court justru jatuh cinta pada kakak perempuannya. Ia membenci sang kakak sampai sebuah insiden terjadi dan mengubah relasi mereka selamanya.

3. Dead Poets Society (1989)

Dead Poets Society (dok. Touchstone Pictures/Dead Poets Society)

Dead Poets Society adalah salah satu film yang belakangan naik ke permukaan. Film klasik ini memotret relasi menarik seorang guru dengan sekelompok murid laki-laki yang ia ajar. Berlatar sekolah asrama elite, kamu akan dihadapkan dengan berbagai masalah khas remaja yang penuh kegetiran. Mulai kesepian, alienasi, tekanan sosial, ekspektasi orangtua, dan berbagai hal lain yang bikin tak nyaman, tapi merupakan proses jadi dewasa. Peter Weir sang sutradara sengaja memilih banyak aktor muda pendatang baru di film ini.

4. Welcome to the Dollhouse (1995)

Welcome to the Dollhouse (dok. Sony Pictures Classics/Welcome to the Dollhouse)

Berlian tersembunyi lain dari daftar film coming of age klasik dengan jalan cerita getir adalah Welcome to the Dollhouse. Film ini memakai sudut pandang Dawn (Heather Matarazzo) bocah SMP yang diabaikan di rumah dan dirundung di sekolah. Seperti kebanyakan anak seusianya, Dawn ingin diterima dan divalidasi, tetapi prosesnya tak semudah itu.

Di tengah tekanan itu, ia menemukan dirinya jatuh cinta pada teman kakaknya yang narsis dan ditaksir teman sekelas yang hobi mengganggunya. Komedi, sih, tetapi banyak momen mengganggu dan menyedihkan di sini. Gak heran banyak yang memuji film ini realistis karena menyertakan elemen horor dari proses beranjak dewasa tanpa sugar-coating.

5. Billy Elliot (2000)

Billy Elliot (dok. BBC Films/Billy Elliot)

Disebut sebagai film yang melambungkan nama Jamie Bell, Billy Elliot memang sebrilian itu. Film ini berpusat pada Billy, bocah 11 tahun yang tinggal di sebuah kota di Inggris Utara bersama ayah tunggal, kakak laki-laki, dan neneknya yang mengidap demensia. Tinggal di rumah yang didominasi pria, Billy dibesarkan dengan ekspektasi-ekspektasi khas maskulin. Namun, ia justru menemukan dirinya tertarik belajar balet. Dengan uang saku seadanya, Billy pun mendaftarkan diri di kelas balet. Lengkap dengan latar sosial ekonomi Inggris Utara yang depresif, film ini tak kehilangan elemen realisnya.

6. Ratcatcher (1999)

Ratcatcher (dok. Criterion/Ratcatcher)

Ratcatcher akan membawamu ke Skotlandia pada 1970-an ketika krisis perumahan menjadi-jadi. James (William Eadie), bocah 12 tahun tinggal di sana pada era itu dan harus merasakan sendiri susahnya akses air dan toilet layak. Kondisi ini makin parah seiring dengan aksi mogok kerja petugas pengelolaan sampah. Pemukiman James jadi makin tak layak dan berbagai masalah kesehatan pun menghantui.

7. Ghost World (2001)

Ghost World (dok. IFC Films/Ghost World)

Memasangkan Scarlet Johansson dan Thora Birch sebagai sahabat sejak SMA, film ini memotret proses kehilangan teman yang terjadi begitu perlahan, tapi pasti. Mereka memerankan Rebecca dan Enid, 2 remaja baru lulus SMA yang memutuskan menyewa apartemen bareng. Dengan upah minimum dan antusiasme mencoba hal-hal baru petualangan mereka sebagai orang dewasa pun dimulai. Namun, dalam prosesnya mereka mulai menemukan perbedaan prioritas yang perlahan membuat hubungan keduanya renggang.

8. The Outsiders (1983)

The Outsiders (dok. Park Circus/The Outsiders)

Diadaptasi dari novel klasik berjudul sama, The Outsiders gak kalah getir. Film lawas garapan Francis Ford Coppola ini mengikuti kehidupan sulit sekelompok pemuda berusia belia dengan masalah mereka masing-masing. Satu jadi korban kekerasan domestik orangtuanya, lainnya yang harus mencari nafkah untuk membiayai adik-adiknya sepeninggal orangtua mereka. Di sisi lain, mereka juga masih harus menghadapi budaya rivalitas antargeng yang destruktif.

9. Lilya 4-ever (2002)

Lilya 4-ever (dok. Memfis Film/Lilya 4-ever)

Cerita coming of age menyesakkan lainnya bisa kamu tonton dengan judul Lilya 4-ever. Sejak awal kamu bakal dibikin tak tega melihat sang lakon ditelantarkan ibunya begitu saja. Lilya (Oksana Akinshina) yang masih di bawah umur terpaksa jadi pekerja seks untuk bertahan hidup. Pada fase ini, ia bertemu dengan pemuda yang menawarinya kehidupan lebih baik di Swedia. Dibutakan cinta dan didorong situasi hidupnya yang gak ideal, Lilya mengiyakan ajakan itu. Siapa sangka, harapan dan ekspektasinya hancur berantakan sesampai di sana.

Gak semua orang punya masa kecil yang indah dan normal, film-film tadi harapannya mengingatkanmu untuk berempati dan menapak tanah. Apa yang tak terjadi padamu bukan berarti tak pernah terjadi pada orang lain. Tonton film-film tadi saat kamu stabil secara emosional, ya. Jangan lupa untuk baca peringatan dan penafian di awal film, mengingat gak sedikit yang berisi adegan yang memicu trauma.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team