Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film dengan Potret Privilese Pria Kulit Putih, Mayoritas Kisah Nyata

Nitram (dok. Madman Film/Nitram)

Tak bisa dimungkiri kalau pria punya beberapa privilese, apalagi bila ia seorang kulit putih. Privilese yang melekat padanya jelas akan lebih besar. Salah satu yang paling sering kita temukan ialah fakta bahwa mereka jarang dicurigai sebagai pelaku kejahatan. Padahal, fakta yang terjadi justru sebaliknya. 

Setidaknya, berdasar data yang dihimpun Statista di Amerika Serikat, 8 ribu lebih pelaku  pembunuhan pada 2023 adalah orang berlatar belakang kulit putih. Itu adalah angka tertinggi di Amerika Serikat. Sebagai pembanding, pelaku kulit hitam berada pada angka 6 ribuan. Hal serupa juga tampak dalam kasus pelecehan seksual dan pedofilia di Amerika Serikat sepanjang 2021.

Menurut data FBI, 93,6 persen pelakunya adalah laki-laki dan dari persentase itu lebih dari setengahnya berlatar belakang kulit putih. Tendensi yang sama, yakni pelaku pelecehan seksual yang didominasi pria kulit putih, juga ditemukan di Inggris Raya (kecuali Irlandia Utara) pada 2020, menurut data Departemen Dalam Negeri Inggris seperti dilansir BBC.

Sayangnya, efek kolonialisme membuat kita lebih sering bertumpu pada stigma dan asumsi untuk membuat kesimpulan. Coba, deh, tonton lima film berikut biar melek. Ini jadi bukti kalau privilese pria kulit putih itu nyata.

1. Nitram (2021)

Nitram (dok. Madman Film/Nitram)

Nitram adalah film true crime yang mengikuti beberapa tahun dalam hidup Martin Bryant, tepatnya sebelum ia melakukan pembunuhan massal yang menewaskan 35 orang dan melukai puluhan lainnya pada 1996. Bryant punya kondisi klinis khusus yang membuatnya rawan bila tinggal sendiri. Hingga usia dewasa, ia masih berada di bawah pengawasan ketat orangtuanya.

Sampai satu hari, ia bertemu dengan perempuan kaya raya yang secara ceroboh memberi Bryant akses untuk melakukan hal-hal mengerikan. Selain akses itu, fakta bahwa Bryant adalah pria kulit putih asal Australia juga memberikannya banyak keuntungan. Ia bisa memiliki senjata secara bebas, bahkan bepergian ke luar negeri tanpa visa. Bayangkan bila Bryant adalah warga pribumi atau warga negara berkembang, itu semua tak mungkin dilakukannya dengan mudah. 

2. American Animals (2018)

American Animals (dok. Film4/American Animals)

Terinspirasi dari kisah nyata, American Animals mengikuti empat pemuda kulit putih yang berencana merampok barang-barang langka berharga fantastis. Tak hanya di negeri sendiri, Amerika Serikat, mereka juga melancarkan aksinya di beberapa kota di Eropa. Lagi-lagi, faktor status kewarganegaraan dan etnisitas ikut berperan dalam prosesnya. 

Tak sedikit yang mengaitkannya dengan kecenderungan masyarakat memaafkan kejahatan yang dilakukan pria kulit putih dengan berbagai alasan. Alasan-alasan tersebut mulai dari kesehatan mental sampai alasan lain yang bisa dibilang rasis dan berbasis stigma belaka. Sudah nonton film yang mempertemukan Barry Keoghan dan Evan Peters ini? 

 

3. The Nightingale (2018)

The Nightingale (dok. Causeway Films/The Nightingale)

The Nightingale adalah film yang berlatar Australia 1800-an. Film memotret betapa keji dan zalimnya penjajah Inggris di sana. Salah satu korban kekejian itu adalah Clare (Aisling Franciosi), perempuan Irlandia yang diasingkan ke Australia karena masalah pidana di negara asalnya. Sebagai konteks, meski sama-sama etnik Kaukasia, pada era itu orang Irlandia belum dianggap setara dengan orang kulit putih Inggris.  

Tak terima atas apa yang dilakukan salah satu tentara koloni Inggris pada keluarganya, Clare berniat membalas dendam. Ia membentuk tim dengan seorang pemuda pribumi yang juga mengalami nasib serupa. The Nightingale bukan tipe film yang nyaman ditonton.

4. Just Mercy (2019)

Just Mercy (dok. Warner Bros/Just Mercy)

Berdasarkan kisah nyata, Just Mercy mengikuti perjuangan seorang pengacara yang tergabung dalam lembaga nonprofit. Lembaganya khusus menangani klien yang tak punya dana untuk membayar pengacara. Salah satu terpidana yang menarik perhatiannya adalah Walter McMillian alias Johnny D, pria kulit hitam yang didakwa melakukan pembunuhan terhadap remaja kulit putih. Ia tidak pernah mengakui kejahatannya dan ngotot mempertahankan keyakinan bahwa ia tak bersalah. 

Penasaran dan iba, sang pengacara akhirnya mencoba menyelidiki kembali kasusnya serta menemukan bahwa sang klien ternyata korban salah tangkap. Ia ditangkap karena berada di tempat dan waktu yang salah. Ditambah statusnya sebagai pria kulit hitam, ia lebih mudah dicurigai jadi pelaku. 

5. Trap (2024)

Trap (dok. Warner Bros/Trap)

Trap memang fiktif, tetapi sebenarnya banyak terinspirasi dari berbagai kejadian nyata. Film mengikuti sosok ayah yang menemani putrinya ke sebuah konser. Saat sudah masuk tempat acara, ia baru sadar bahwa ada operasi khusus yang dilakukan aparat untuk menangkap seorang pembunuh berantai. Tanpa basa-basi, M Night Shyamalan langsung membocorkan bahwa sang ayah adalah penjahat yang sedang diburu polisi. 

Ia harus berjibaku dengan waktu dan berlomba dengan profiler jeli yang memimpin operasi tersebut. Menariknya, sebagai seorang pria kulit putih dengan pembawaan karismatik dan citra yang baik di masyarakat serta pekerjaannya, banyak yang tak menyangka bahwa ia seorang pelaku kejahatan. Dalam beberapa adegan, ia juga beberapa kali lolos dari pemeriksaan karena privilese tersebut. 

Bukti kalau kita masih didikte sejarah kolonialisme masih jelas. Jejaknya bisa kita lihat dari diskriminasi perlakuan yang bahkan terpampang nyata dalam regulasi resmi seperti visa. Jadi, yakin masih mau menyangkal kalau privilese pria kulit putih itu tidak nyata?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us