Film yang identik dengan visual es dan salju yang indah dan lagu-lagu yang catchy ini ternyata juga membahas trauma antargenerasi, lho. Lebih tepatnya, trauma yang dialami Elsa, ratu kerajaan Arendelle, yang ia dapat dari orangtuanya.
Elsa terlahir dengan kekuatan es, dan saat kecil, ia tak sengaja melukai adiknya, Anna, dengan kekuatannya. Orangtua Elsa, sang raja dan ratu sebelumnya, menganggap kekuatan Elsa berbahaya. Mereka pun mengunci Elsa di kamar sehingga tidak boleh berinteraksi dengan siapapun selain orangtuanya. Elsa juga diberi sarung tangan dan diajar untuk menekan kekuatannya.
Dampaknya? Elsa merasa dirinya berbahaya. Ia hanya merasa bebas saat mengisolasi dirinya sendiri dari orang lain dan bebas melepaskan kekuatannya. Tetapi dampak trauma ini tidak hanya terasa oleh Elsa, tetapi juga Anna yang harus menjalani masa kecil hingga dewasanya seorang diri, tanpa pernah bertemu kakaknya.
Tanpa disangka, film-film Disney yang kita sering tonton bersama keluarga banyak yang mengandung isu generational trauma yang kompleks. Bagi sebagian orang, trauma yang dirasakan karakter dalam film Disney yang angkat isu generational trauma mungkin sangat relatable. Jika masih merasa punya trauma yang diturunkan dari keluarga, sebaiknya segera mencari cara untuk pulih agar tidak menyakiti orang lain pula.