7 Sekuel Film Animasi Disney Paling Diremehkan, Gak Kalah Keren!

Bicara soal animasi yang lekat di hati berbagai generasi, Disney memang juaranya. Selama puluhan tahun, studio ini terus menghadirkan karya-karya ikonis yang abadi. Sebut saja Cinderella, The Lion King, The Little Mermaid, hingga Lilo & Stitch yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia perfilman.
Namun, sekuel film animasi adalah cerita lain. Meskipun beberapa judul berhasil meraih kesuksesan besar, seperti Ralph Breaks the Internet, Frozen II, dan Moana 2, nyatanya ada sejumlah sekuel yang justru dipandang sebelah mata. Padahal, banyak dari mereka menawarkan cerita menarik dan animasi yang tak kalah memukau.
Nah, daripada penasaran, kita tengok tujuh sekuel film animasi Disney yang layak diapresiasi lebih. Dari petualangan anak Ariel di The Little Mermaid II: Return to the Sea sampai twist dalam kisah Cinderella di Cinderella III: A Twist in Time, semua bisa jadi hidden gem yang siap bikin kamu terkesima!
1. The Rescuers Down Under (1990)

The Rescuers Down Under merupakan sekuel dari The Rescuers, film animasi Disney tahun 1977 yang mendulang sukses di box office. Sayangnya, film arahan Hendel Butoy dan Mike Gabriel ini kurang berhasil menarik perhatian penonton dan masuk dalam kategori box office bomb. Meski demikian, sekuel ini tetap menghadirkan petualangan seru yang memperluas dunia Bernard dan Bianca dengan latar Australia yang eksotis.
Film ini mengikuti perjalanan Bernard dan Bianca, dua tikus anggota Rescue Aid Society, yang bertugas menyelamatkan seorang anak laki-laki bernama Cody. Cody diculik oleh seorang pemburu jahat, Percival C. McLeach, yang mengincar burung elang emas raksasa bernama Marahute. Dibantu Jake, seekor tikus kanguru pemberani, mereka harus menghadapi berbagai rintangan demi menyelamatkan Cody dan Marahute dari ancaman McLeach.
2. The Lion King II: Simba's Pride (1998)

Melanjutkan kisah epik dari film pertamanya, The Lion King II: Simba’s Pride menceritakan perjalanan Kiara, putri Simba dan Nala, yang jatuh cinta pada Kovu, seekor singa dari kelompok buangan yang setia kepada Scar. Hubungan mereka menjadi sumber konflik antara dua kelompok, yaitu Pridelanders yang dipimpin Simba dan Outsiders yang dipimpin Zira. Seperti kisah Romeo dan Juliet, mereka harus menghadapi rintangan besar untuk menyatukan dua pihak yang bertikai.
Meski mempertahankan nuansa megah dari pendahulunya, sekuel ini tak mendapat sorotan sebesar The Lion King (1994). Film ini memang tak memiliki villain seikonik Scar atau soundtrack yang sekuat karya Hans Zimmer, Elton John, dan Tim Rice. Namun, dengan lima lagu baru dan animasi yang tetap memikat, The Lion King II: Simba’s Pride tetap layak untuk ditonton, terutama bagi penggemar kisah cinta yang penuh drama dan pesan moral.
3. Fantasia 2000 (1999)

Selain The Rescuers Down Under, sekuel film animasi Disney yang juga flop saat dirilis secara teatrikal adalah Fantasia 2000. Film pertamanya, Fantasia (1940), sendiri dikenal sebagai proyek ambisius Walt Disney yang menggabungkan animasi dengan format antologi dan musik klasik. Meski upayanya memperbarui konsep dengan teknologi modern dan deretan bintang tamu terkenal berakhir kurang sukses, Fantasia 2000 tetaplah sebuah tontonan yang unik dan patut untuk disimak.
Salah satu segmen yang sering dianggap sebagai yang terbaik dalam Fantasia 2000 adalah "The Steadfast Tin Soldier". Diadaptasi dari cerita Hans Christian Andersen, segmen ini mengisahkan petualangan seorang tentara timah yang berjuang melawan jack-in-the-box jahat demi cintanya pada seorang balerina. Dengan visual CGI yang menakjubkan dan alur cerita yang dramatis, segmen ini berhasil menghadirkan nuansa Disney klasik yang begitu menyihir.
4. The Little Mermaid 2: Return To The Sea (2000)

Meski diatur sebagai sekuel dari The Little Mermaid (1989), The Little Mermaid 2: Return To The Sea tak tertarik menjadikan kisah cinta Ariel dan Eric sebagai fokus utama. Sebagai gantinya, film ini justru mengambil sudut pandang yang menarik dengan memperkenalkan Melody, putri mereka yang justru mendambakan kehidupan di laut. Sebuah ironi yang manis mengingat perjuangan Ariel di film pertama, bukan?
Sayangnya, beberapa kritikus menilai sekuel ini kurang orisinal dan alurnya mudah ditebak, bahkan disebut-sebut mengulang beberapa elemen dari film pertamanya. Namun, Return to the Sea tetap menawarkan animasi yang cukup memesona untuk ukuran film direct-to-video pada masanya, lengkap dengan lagu-lagu yang catchy meskipun tak seikonik pendahulunya. Selain itu, humor yang disajikan juga cukup menghibur, terutama polah tingkah Tip dan Dash, dua karakter baru yang terinspirasi dari Timon dan Pumbaa dalam seri The Lion King.
5. Peter Pan: Return to Never Land (2002)

Tak hanya The Little Mermaid 2: Return to the Sea, sekuel film animasi Disney yang juga memakai embel-embel "Return" pada judulnya adalah Peter Pan: Return to Never Land. Film ini memiliki nuansa yang sedikit lebih kelam dengan latar perang dan tema kedewasaan bila dibandingkan dengan film pertamanya, Peter Pan (1953), yang lebih riang. Meski hal itu membuatnya kurang disukai, Peter Pan: Return to Never Land bisa jadi hidden gem bagi penyuka kisah petualangan dengan sentuhan emosional.
Film ini berfokus pada Jane, putri Wendy Darling, yang kini telah tumbuh besar di tengah Perang Dunia II. Tak lagi percaya dengan dongeng masa kecilnya, Jane justru menganggap cerita tentang Peter Pan hanya khayalan belaka. Namun, semua berubah saat ia diculik oleh Kapten Hook, yang mengira Jane adalah Wendy, dan membawanya ke Never Land untuk menjebak Peter Pan.
6. Leroy & Stitch (2006)

Tahukah kamu kalau Stitch, si alien biru menggemaskan dari Lilo & Stitch (2002), mempunyai "saudara kembar"? Sekuelnya, Leroy & Stitch, menghadirkan fakta ini sekaligus petualangan baru yang lebih besar dan penuh aksi. Walau saat tayang tak mendapat atensi yang layak, film ini sangat direkomendasikan untuk kamu yang sedang menunggu versi live action Lilo & Stitch (2025) yang akan tayang di bioskop pada 23 Mei mendatang.
Di Leroy & Stitch, Lilo dan Stitch akhirnya menyelesaikan misi mereka mengumpulkan semua eksperimen Jumba yang tersebar di Bumi. Sebagai penghargaan, Stitch diangkat menjadi kapten armada luar angkasa, sementara Jumba dan Pleakley mendapat posisi terhormat di Galactic Alliance. Namun, ketenangan mereka terusik ketika Dr. Hämsterviel melarikan diri dari penjara dan menciptakan Leroy, klon jahat Stitch yang berwarna merah.
7. Cinderella III: A Twist in Time (2007)

Cinderella III: A Twist in Time memberikan angin segar bagi para penggemar kisah klasik Cinderella dengan alur cerita yang tak terduga. Bayangkan saja, ibu tiri Cinderella, Lady Tremaine, berhasil mencuri tongkat Ibu Peri dan memutarbalikkan waktu untuk mengubah akhir bahagia Cinderella. Tujuannya adalah membuat sepatu kaca pas di kaki Anastasia, sang adik tiri, sehingga pangeran takkan pernah bertemu dengan Cinderella.
Meski tak mampu menyamai kesuksesan film orisinalnya, Cinderella III: A Twist in Time setidaknya mampu memperbaiki kesalahan Cinderella II: Dreams Come True (2002) yang dianggap kurang menarik dan hanya berisi antologi cerita ringan. Film ini menawarkan alur yang lebih solid, dengan elemen what-if dan eksplorasi karakter yang mendalam. Tak heran jika banyak penggemar Disney menganggapnya sebagai salah satu sekuel direct-to-video paling underrated yang pernah dibuat.
Gimana, ternyata banyak juga, kan, sekuel film animasi Disney yang tak kalah seru dari film pertamanya? Beberapa di antaranya menawarkan sudut pandang baru dan pengembangan karakter yang lebih dalam. Jadi, buat kamu yang mungkin dulu melewatkan atau bahkan meremehkan deretan film tadi, sekarang saatnya memberi mereka kesempatan kedua untuk membuktikan kualitasnya!