5 Film Horor Era 80-an Underrated yang Siap Bikin Merinding

- The Appointment (1980) adalah misteri terbesar dalam sejarah film horor Inggris, dengan atmosfer sunyi tapi mencekam.
- Sleepwalker (1984) adalah satir politik yang menakutkan secara visual dan menggigit secara ideologis.
- Alice (1988) merupakan adaptasi gelap dari Alice in Wonderland dengan elemen surrealis yang mengganggu.
Film horor dari era 80-an sering kali identik dengan darah, topeng, dan jeritan khas slasher klasik. Namun, di balik deretan film terkenal, seperti The Shining (1980) atau A Nightmare on Elm Street (1983), ada sejumlah karya tersembunyi yang tak kalah menegangkan. Beberapa di antaranya bahkan lebih eksperimental dan justru berhasil menimbulkan rasa takut yang lebih dalam.
Lima film berikut adalah contoh terbaik dari horor era 80-an yang diremehkan banyak orang. Meskipun tidak sepopuler rekan-rekannya, film-film ini menawarkan pengalaman menyeramkan yang unik. Jika merasa sudah menonton semua film horor klasik, mungkin sudah waktunya memberi kesempatan pada lima karya underrated ini untuk menghantui malam-malammu.
1. The Appointment (1980)

The Appointment adalah salah satu misteri terbesar dalam sejarah film horor Inggris. Film ini membawa penonton dalam perjalanan menegangkan yang dipenuhi paranoia, mimpi buruk, dan simbol-simbol mengganggu. Disutradarai Lindsey C. Vickers, film ini awalnya dibiayai oleh National Coal Board Pension Fund dan sempat berpotensi menjadi klasik horor Inggris.
Namun, setelah tayang di televisi, film ini tiba-tiba lenyap seperti dikutuk untuk tidak pernah benar-benar ditemukan. Selama bertahun-tahun, The Appointment hanya hidup sebagai legenda urban di kalangan pecinta horor, hingga akhirnya rekaman lamanya ditemukan dan dirilis kembali beberapa dekade kemudian.
Aura misterius di balik hilangnya film ini justru memperkuat kesan supranaturalnya. Dengan atmosfer sunyi tapi mencekam, film ini membuktikan bahwa teror paling efektif tidak selalu datang dari darah, tetapi dari perasaan tak tenang yang terus menghantui.
2. Sleepwalker (1984)

Film berdurasi 51 menit ini adalah satir politik yang disamarkan sebagai film horor. Sleepwalker mengambil latar sebuah jamuan makan malam yang berubah menjadi ladang konflik antara kelas sosial di Inggris era Thatcher. Dengan lokasi utama di sebuah rumah bernama Albion, Saxon Logan mengupas ketegangan antara kaum elit konservatif dan yang berpikiran lebih liberal.
Meski jarang dikenal di luar kalangan penggemar film eksperimental, Sleepwalker adalah karya yang tajam dan visioner. Ia tidak hanya menakutkan secara visual, tetapi juga menggigit secara ideologis. Horor di sini bukan berasal dari hantu atau iblis, melainkan dari kesombongan manusia dan jurang sosial yang memisahkan mereka.
3. Alice (1988)

Adaptasi karya Lewis Carroll ini bukan untuk anak-anak. Jan Švankmajer, sutradara asal Ceko, memadukan stop-motion dan live action untuk menciptakan versi Alice in Wonderland yang surrealis dan mengganggu. Alice berubah menjadi boneka, tikus berjalan dengan tengkorak hewan, dan setiap adegan terasa seperti mimpi buruk yang dipenuhi simbol-simbol bawah sadar.
Tidak heran jika banyak yang menganggapnya sebagai versi tergelap dari dongeng klasik ini. Meskipun tidak memiliki elemen horor konvensional seperti pembunuhan atau darah, Alice menimbulkan rasa takut yang lebih halus, yakni rasa tidak nyaman terhadap dunia yang tampak akrab tapi sepenuhnya asing.
Film ini juga merupakan salah satu pencapaian visual paling unik di era 80-an. Sayangnya, film ini sering tertutup oleh versi Disney atau adaptasi garapan Tim Burton.
4. Stage Fright (1987)

Sutradara Italia, Michael Soavi, murid dari maestro giallo, Dario Argento, membawa semua pelajaran sang mentor ke dalam Stage Fright. Film ini bercerita tentang sekelompok aktor teater yang terjebak di dalam gedung bersama pembunuh bertopeng burung hantu. Dengan gaya visual yang teatrikal, film ini mencampurkan teror, humor gelap, dan atmosfer surealis khas horor Italia.
Walau terjebak di tengah banjir film slasher pada dekade itu, Stage Fright tetap menonjol berkat gaya visualnya yang menawan dan penggunaan ruang teater sebagai simbol ketakutan yang tertutup dan intim. Bagi pencinta horor yang mencari sesuatu yang lebih artistik dari sekadar potongan tubuh dan darah, film ini adalah hidden gem yang wajib dicoba.
5. White of the Eye (1987)

Disutradarai Donald Cammell, White of the Eye menggabungkan estetika psikologis dengan gaya visual yang hampir hipnotik. Film ini mengikuti kisah seorang ahli suara yang dicurigai sebagai pembunuh berantai perempuan di lingkungannya. Dengan permainan warna kontras merah terang dan putih, Cammell menciptakan dunia yang terasa seperti mimpi buruk yang indah.
Terinspirasi oleh sinema giallo Italia, film ini menghadirkan kekerasan dengan sentuhan elegan yang jarang ditemui di film Amerika pada masa itu. Meski tidak terlalu dikenal saat dirilis, White of the Eye kini mulai mendapat pengakuan sebagai salah satu karya horor psikologis paling memikat dari dekade tersebut.
Film horor era 80-an tidak hanya soal darah dan pembunuhan berantai karna banyak di antaranya juga menjadi potret sosial, eksperimen artistik, dan bahkan komentar politik yang tajam. Kelima film ini pun membuktikan bahwa teror bisa datang dalam berbagai bentuk. Jadi, sudah siap menonton kembali sisi tersembunyi dari horor klasik 80-an?