Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mrs. Doubtfire
Mrs. Doubtfire (dok. 20th Century Studios/Mrs. Doubtfire)

Intinya sih...

  • Chan is Missing (1982): Film detektif di Chinatown San Fransisco, mengeksplorasi kehidupan imigran Asia.

  • The Times of Harvey Milk (1984): Dokumenter tentang Harvey Milk, tokoh gay pertama di San Fransisco.

  • Dogfight (1991): Kisah romantis di tengah latar politik Perang Vietnam dan pembunuhan Presiden Kennedy.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada satu pola yang cukup mencolok dari industri film Amerika beberapa tahun belakangan ini, yakni kecenderungan mereka mengambil lokasi syuting yang itu-itu saja. Kalau gak New York, ya Los Angeles. Pola ini mungkin dilakukan untuk menghemat dana, mengingat fasilitas studio pun terpusat di dua kota itu. Popularitas lokasinya juga bisa jadi menguntungkan, mengingat banyak landmark khas yang bisa dieksplorasi dan dipakai.

Namun, terkadang pola ini juga yang bikin film-film Amerika masa kini kurang menarik di mata penonton alias bikin jenuh. Padahal, pada masa lalu, film-film Hollywood, bahkan yang diproduksi studio besar, gak ragu untuk memboyong kru dan cast buat syuting di kota-kota spesifik, macam Portland, Chicago, San Fransisco, Idaho, Nashville, Atlanta, Detroit, dan lain sebagainya.

San Fransisco menarik sebenarnya. Mereka punya banyak landmark bersejarah serta tempat yang merepresentasikan perpaduan beragam kultur. Sayang banget tidak banyak film modern yang memanfaatkannya. Untuk mengapresiasi San Fransisco, bolehlah coba tonton film klasik Amerika berlatar San Fransisco berikut sebagai gantinya.

1. Chan is Missing (1982)

Chan is Missing (dok. Criterion/Chan is Missing)

Chan is Missing bakal membawamu menjelajahi kawasan Chinatown di San Fransisco tahun 1980-an. Kawasan itu dihuni komunitas imigran Asia dari berbagai negara, seperti China, Jepang, Korea, sampai Filipina.

Dengan latar menawan itu, sutradara Wayne Wang mencoba mengikuti perjalanan Jo (Wood Moy) mencari keberadaan rekan bisnisnya yang menghilang misterius. Meski dibikin ala film detektif, lengkap dengan format hitam putih, penonton justru diajak merenungkan rasanya jadi imigran Asia di tengah masyarakat yang tak bersahabat kepada mereka.

2. The Times of Harvey Milk (1984)

The Times of Harvey Milk (dok. Criterion/The Times of Harvey Milk)

Dari judulnya, kamu bisa menebak kalau film ini berkutat pada sosok Harvey Milk. Ia adalah pegawai pemerintah kota pertama di San Fransisco yang secara terbuka mengidentifikasi dirinya sebagai gay. Miris, belum setahun menjabat, Harvey tewas ditembak oleh mantan rekan kerjanya.

Film ini berlatarkan kawasan bernama Distrik Castro yang dikenal dengan komunitas queer-nya, sekaligus jadi sinema pertama yang mengekspos tokoh itu dalam format dokumenter. Pada 2008. sutradara Gus Van Sant membuat versi biopiknya.

3. Dogfight (1991)

Dogfight (dok. Criterion/Dogfight)

Bosan dengan film romcom berlatar New York dan Los Angeles? Coba film klasik berjudul Dogfight sebagai alternatifnya. Film ini mengambil latar 1963, sehari sebelum John F. Kennedy tertembak dan dinyatakan tewas. Pada periode itu pula, Amerika Serikat terlibat dalam Perang Vietnam yang mengubah banyak hal di negeri itu.

Di tengah latar politik yang kompleks itu, bertemulah dua remaja tanpa sengaja. Mereka adalah Edward Birdlace (River Phoenix), marinir yang bersiap bertolak ke Vietnam dan Rose (Lili Taylor), pramusaji yang tergocek bujuk rayu pemuda yang baru dikenalnya itu.

4. The Joy Luck Club (1993)

The Joy Luck Club (dok. Hollywood Pictures/The Joy Luck Club)

Pengalaman imigran Asia di San Fransisco jadi titik berat film adaptasi novel The Joy Luck Club. Film ini berkutat pada relasi kompleks 4 perempuan imigran China di Amerika Serikat dengan anak perempuan mereka masing-masing. Trauma antargenerasi jadi tema besar film ini. Drama dan konflik yang menjangkiti hidup mereka dibongkar perlahan, bikin penonton seolah sedang melakoni terapi bersama psikolog.

5. Mrs. Doubtfire (1993)

Mrs. Doubtfire (dok. Park Circus/Mrs. Doubtfire)

Mrs. Doubtfire adalah film produksi studio mayor yang mengambil latar San Fransisco. Dibintangi Robin Williams, film ini mengikuti kisah kocak seorang pria pengangguran yang terpaksa menyamar jadi pengasuh gadungan agar bisa dekat dengan anak-anaknya. Untuk menghindari kecurigaan mantan istrinya, Daniel (Williams) memilih menyamar jadi perempuan lansia dengan nama Mrs. Doubtfire.

6. Interview with the Vampire (1994)

Interview with the Vampire (dok. Warner Bros/Interview with the Vampire)

Sesuai judulnya, film ini dibuka dengan adegan wawancara seorang reporter dengan vampir. Menggunakan latar ingar bingar kota San Fransisco 90-an, perlahan film berbalik ke masa lalu si vampir bernama Louis (Brad Pitt) yang sudah melanglang buana di dunia selama lebih dari 2 abad. Bagaimana ia bisa berakhir di San Fransisco bakal diulik dengan pendekatan gothic yang menawan.

Selain film-film 1980—1990-an di atas, ada beberapa film noir lawas yang juga mengambil latar San Fransisco. Misalnya, Vertigo (1959) karya Alfred Hitchcock dan Dirty Harry (1971) garapan Don Siegel. Sayang banget kalau sineas Amerika tidak memanfaatkan keberagaman kota mereka untuk latar film. Parahnya, banyak negara yang pakai formula serupa. Layaknya film-film Indonesia yang didominasi Jakarta atau India yang lebih suka pakai latar kota Mumbai dan Delhi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team